Suasana kantin sekolah yang begitu ramai, seolah tak sesuai dengan rona wajah Cantik yang berubah pucat pasi setelah mendengar pernyataan langsung dari kekasihnya ,”Kita putus aja ya Cantik, soalnya setelah enam bulan jalan sama kamu ternyata makin kesini aku ngrasa makin nggak cocok sama kamu.” Rio berkata dengan suara santai dan gaya cueknya,” Tap..tapi..kenapa kamu kok tiba-tiba ngrasa nggak cocok gitu? Perasaan kemaren-kemaren hubungan kita baek-baek aja. Apa ada sikap aku yang nggak sengaja bikin kamu nggak nyaman selama ini? Ngomong aja sayang aku pasti bisa ngerubahnya demi kamu.” Cantik berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh di tempat seramai ini.
Rio hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan perkataannya,” Sorry, aku nggak bisa. Kamu terlalu baik buat aku, apalagi aku ngrasa kamu tuh jauh lebih daripada aku, kamu murid teladan dan pintar di sekolah. Sementara aku,masuk sepuluh besar aja hampir nggak pernah.” ,”Aku nggak pernah mempermasalahkan kamu tuh harus pinter atau sebagainya, buatku kamu tuh cinta pertamaku dan cowok yang nggak Cuma ngeliat cewek dari fisik aja. Aku yang penampilannya biasa-biasa aja kaya gini bisa punya pacar cowok sekeren dan sebaik kamu udah ngrasa bersyukur banget.” Cantik berceloteh panjang lebar agar Rio mengubah keputusannya. Tapi Rio tetap bersikukuh dengan keputusannya,”Walau sekarang kita nggak pacaran lagi, tapi aku tetep boleh temenan sama kamu kan. Kita jadian baik-baik putuspun tetep baik-baik.” ujar Rio sambil menggenggam tangan Cantik dengan lembut. Cantik hanya bisa mengangguk pasrah, tak tahu harus berkata apa lagi.
Setelah mengucap selamat tinggal pada Rio, dia meninggalkan kantin dengan langkah gontai. Akibatnya Cantik tak bisa berkosentrasi penuh pada pelajaran berikutnya. Sepanjang mata pelajaran Kimia favoritnya, dia hanya diam melihat buku catatan tanpa rasa tertarik seperti biasanya,” Tik,kamu kenapa?” tanya Sinta teman sebangku sekaligus satu-satunya sahabat dekatnya. Cantik hanya menggeleng lesu,”Aku agak nggak enak badan,pengen pulang sekarang Sin.” jawab Cantik,”Ya udah,aku ijinin ke Pak Bobi ya, mukamu pucet banget gitu,mending kamu pulang terus istirahat aja.” Setelah itu Cantik diijinkan pulang. Dia bersikeras pulang sendirian, karena tak ingin Sinta bisa membaca kondisi hatinya yang sedang galau saat ini.
Cantik hanya berjalan sendirian saat ini. Bukannya menunggu angkot di dekat sekolahnya, dia malah berjalan tanpa tujuan mengikuti kemana kakinya melangkah,”Ternyata patah hati itu rasanya sesak kaya gini ya.” Batinnya, sesak dan penat bercampur menjadi satu dalam pikirannya. Walau perasaan itu berampur aduk menjadi satu, tapi air matanya tidak jatuh juga. Entah kenapa tiba-tiba saja sedih yang dirasakannya saat di kantin tadi siang, berganti dengan perasaan kosong dan hampa tanpa alasan. Dia seperti orang linglung.
Karena merasa kakinya sudah mulai lelah, Cantik memilih untuk duduk beristirahat sebentar di bangku taman yang terletak di bawah pohon. Di sinilah tempat dimana Rio enam bulan yang lalu menyatakan perasaannya. Setelah PDKT selama hampir dua bulan, akhirnya Rio menyatakan perasaan sukanya pada Cantik. Saat itu Cantik tak langsung mengiyakan, karena dia sendiri tak percaya kalau cowok keren semacam Rio yang menjadi salah satu incaran cewek-cewek di sekolahnya, bisa menyukai dirinya yang bukan tipe cewek modis dan cantik luar biasa. Selama ini dia disibukkan dengan aktivitas di sekolah mulai menjadi anggota Paskibra hingga mengikuti berbagai lomba di luar sekolah. Tak diragukan lagi, dia memang populer sebagai salah satu siswi teladan dan pintar di sekolahnya. Tapi itu semua tak serta merta menambah rasa percaya diri pada Cantik.
Cantik menatap langit yang begitu terik dan cerah hari ini. Suasana siang yang cerah dan keadaan taman yang penuh dengan canda dan tawa keluarga dan anak-anak sekolah yang sekedar duduk-duduk santai dengan teman-temannya. Baru kali ini Cantik merasa sangat kesepian dan terasing di tengah keramaian. Ia tak pernah menyangka bahwa efek dari patah hati akan bisa sehebat dan sekacau ini mengganggu suasana hatinya.
Pelan-pelan ia mulai meresapi apa yang dikatakan Rio tadi siang. alasan bahwa Rio merasa tak pantas berpacaran dengan dirinya masih tak bisa dimengerti oleh Cantik. Padahal justru selama ini Cantik telah berusaha mati-matian bersikap baik pada Rio agar Rio tidak berpindah ke lain hati. Betapa banyak cewek di sekolahnya yang menatap dengan begitu iri ketika Rio menggandeng tangan Cantik sepulang sekolah. Dan ia yakin betul kalau diam-diam cewek-cewek itu berdoa agar hubungan mereka tidak akan berjalan lama.
Cantik telah terbiasa untuk mengurangi jatah waktu belajarnya dari empat jam menjadi dua jam saja. Cantik juga rela begadang membantu mengerjakan tugas-tugas Rio yang terkadang tidak bisa Rio kerjakan. Bahkan ia rela menyisihkan uang sakunya tiap bulan untuk mengikuti kursus memasak agar selalu bisa membuatkan makanan favorit Rio. Tiap kali Rio meminta bantuannya, sebisa mungkin Cantik akan selalu berusaha memberi bantuan apapun itu,”Alasannya aku terlalu baik? Apa ada seseorang yang berbuat tulus untuk kekasihnya itu dianggap menyusahkan?” keluh Cantik dalam hati.
Tanpa sengaja ia menyentuh benda kecil di dalam tasnya. Cantik mengambil benda yang ternyata adalah cermin mungil pemberian Rio beberapa bulan yang lalu, waktu itu Rio berkata,”Aku kasih cermin ini supaya kamu bisa selalu bercermin dan sadar kalau kecantikanmu dari hatilah yang udah bikin aku sayang sama kamu Cantikku.” Cantik merasa tersentuh mendengar kata-kata romantis Rio, dan iapun menatap cermin itu dalam-dalam. Namun air mataya malah mengalir dengan perlahan saat menatap wajah yang terpantul pada cermin. Yang ia lihat adalah gadis berambut sedikit berombak dengan kacamata minus yang bertengger di wajahnya. Tak ada make up sama sekali, walau kulitnya kuning langsat tapi tak ada satupun kriteria wajahnya termasuk kategori manis ataupun cantik. Penampilannya kuyu dengan lingkar hitam di bawah mata karena ia sering tidur larut malam untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas milik Rio.“Rio mungkin bosan dan malu lama-lama pacaran denganku.” Batinnya kemudian, lalu ia bangkit berdiri dan berjalan pulang menuju rumah.
Sesampainya di rumah handphone Cantik bergetar, ada panggilan masuk dari Sinta,”Ya halo.”,”Cantik ada berita gawat,aku harap kamu sabar ya.”belum apa-apa Sinta sudah berceloteh tak karuan,”Emangnya ada berita apa?”sahut Cantik dengan ogah-ogahan,”Barusan aku lihat Rio pulang bareng Bella,si anak baru yang cantik banget itu,mereka pulang sambil gandengan mesra,gosipnya mereka barusan jadian,perasaan kamu masih jalan kan sama Rio? Atau jangan-jangan dia selingkuh?” cerita Sinta barusan membuat Cantik hanya terdiam di tempatnya,”Halo,halo Cantik kamu nggak apa-apa kan? Apa kamu sudah tahu dari awal makanya hari ini kamu kelihatan nggak sehat. Pasti bukan karena sakit kan?”tebak Sinta,”Aku udah putus kok sama Rio,jadi kalau dia mau jadian lagi sama cewek lain ya bukan urusanku lagi Sin,eh udah dulu ya aku mau pergi sama mamaku,besok kita sambung lagi.”tanpa menunggu balasan dari Sinta, Cantik langsung menutup handphonenya.
Bergegas ia menuju kamarnya. Setelah berganti pakaian ia menatap cermin besar miliknya. Mulanya Cantik hanya diam, lalu lama kelamaan ia tersenyum sendiri melihat refleksi dirinya yang terpantul pada cermin,”Jadi benar alasan kamu mutusin aku pasti karena aku kurang cantik menurut kamu. Dan setelah baru mutusin aku, kamu langsung jadian dengan cewek lain yang cantik dan modis seperti Bella? Rio kamu salah, Bella memang cantik tapi dia nggak punya otak,lihat aja aku bakalan bikin kamu nyesel udah buang aku Rio.”Cantik bergumam pada sendiri.
Esok paginya Sinta memberondong Cantik dengan bermacam-macam pertanyaan seputar Rio, Cantik hanya berkata kalau mereka putus baik-baik tanpa mau bercerita lebih detil lagi,”Entar sore jalan-jalan yuk,biar ngelepas stress.”ajak Sinta,”Sorry,aku nggak bias aku ada janji sama mamaku.”tolak Cantik,”Emang kamu mau kemana,bener kamu mau pergi sama mamamu?”tanya Sinta curiga,”Ada deh,hehe.”
Sekarang tiap sore Cantik rajin pergi ke tempat gym dekat rumahnya, seminggu dua kali ia pergi ke salon langganan mamanya untuk merawat diri. Jam belajarnya sedikit berkurang,tapi ia membagi waktu sebaik mungkin hingga tugas-tugasnya tak terbengkalai. Dalam waktu kurang dari sebulan Cantik telah berubah penampilannya. Wajahnya semakin cantik dengan rambut terurai yang indah. Kacamatanya telah berganti dengan softlens. Pakaiannya pun semakin modis dan feminin. Dan dalam waktu sekejap pula popularitas Cantik di sekolah semakin menanjak. Banyak cowok di sekolahnya berusaha mendekati Cantik, namun Cantik tak menggubris mereka sama sekali. Sampai suatu hari akhirnya Rio mendekati Cantik lagi.”Tik,kamu sekarang beda, kamu makin cantik aja.”Rio berkata dengan gombalannya ,”Kenapa,kamu suka sama aku yang sekarang?”ujar Cantik spontan,sedikit terkejut Rio hanya tersenyum,”Iya,boleh kita balikan lagi? Aku bosen sama Bella,walau dia cantik tapi dia itu nggak kayak kamu,cerdas dan mandiri, dia itu manjanya minta ampun, aku sampe ilfil.”,”Emm,aku piker-pikir dulu ya.”
Cantik tak serta merta menjawab pertanyaan Rio. Selama dia masih menggantungkan jawabannya Rio malah semakin gencar berusaha mendekati dirinya. Cantik merasa puas tapi aneh kenapa juga hatinya masih terasa kosong? Bukankah ia ingin membalas perlakuan Rio dulu? Dan saat kesempatan itu ada di depan mata mengapa ia malah mengulur-ulur waktu begitu saja?
Tiba-tiba saja terbesit di kepala Cantik untuk pergi ke taman dekat sekolah. Sudah hampir satu bulan ia tak pernah ke sana lagi. Untungnya bangku favoritnya tidak ada yang menempati. Setelah ia duduk ia mengambil cermin mungil pemberian Rio dari tasnya. Ditatapnya wajah yang terpantul pada cermin dengan seksama. Wajah yang sekarang terpantul itu lebih cantik sekarang. Banyak cowok-cowok yang mengejar dirinya bahkan Rio pun bertekuk lutut padanya. Bukannya merasa senang, Cantik malah menangis tanpa sebab. Ia menangis sambil menunduk hingga air mata membasahi rok abu-abunya. Di tengah Cantik sedang menangis seperti itu sesosok bertubuh sedang berdiri di hadapannya, Cantik terkejut lalu mengusap wajahnya,”Eh siapa kamu?” tanyanya”Sudah lama aku tidak melihat kamu disini, mulanya aku tidak mengenal kamu karena penampilan kamu berubah sama sekali.” Sosok tadi duduk di samping Cantik. Cantik keheranan karena ia merasa takut diajak bicara dengan cowok yang tidak dikenalnya ia bersiap-siap hendak pergi, tapi tangannya dipegang erat oleh cowok asing itu sampai map biru yang dibawanya pun jatuh ke tanah. Cantik hanya terpaku saat melihat dari dalam map itu berserakan foto-foto dirinya saat sedang duduk di taman. Ada foto saat dia sedang asyik membaca buku, ada foto saat dirinya sedang menulis, fotonya saat ditembak Rio, bahkan foto saat dia sedang menatap cermin.
“Eh maaf aku sudah bikin kamu ketakutan. Kenalin namaku Andi, aku sering lihat kamu di taman ini, dan nggak sengaja ambil foto kamu sebagai obyekku, soalnya kamu kelihatan manis sekali saat dipotret tapi sebulan ini aku nggak pernah ketemu kamu lagi.”Andi berkata kikuk,”Namaku Cantik.”Cantik menjawab singkat. Mendengar suara Cantik, Andi tersenyum lebar. Melihat senyum itu tanpa sadar Cantik jadi ikut tersenyum,”Kenapa kamu nangis? Kamu lagi berantem sama cowok kamu ya?”Tanya Andi,”Nggak,kami udah putus kok.”,”Oh jadi kamu menangis karena putus sama dia? Aduh maaf aku terlalu cerewet ya nanya-nanya gini ke kamu.”Andi salah tingkah sambil menggaruk-garuk kepalanya. Cantik menahan tawa melihat kelakuan Andi, diambilnya beberapa lembar foto dirinya,”Kenapa kamu motret aku,aku kan nggak cantik,ini semua diambil sewaktu aku masih pakai kacamata dan kelihatan jelek banget.”
“Kata siapa kamu jelek? Justru karena kamu kelihatan natural dan apa adanya justru kamu kelihatan cantik. Aku malah nggak ngenalin kamu sewaktu kamu udah berubah kaya sekarang, aku pikir kamu cewek lain,tapi aku hapal sama tas yang kamu pakai.” Keanehan terjadi, jantung Cantik berdegup tanpa sebab, lamunannya terhenti saat handphone berbunyi. Di layar handphone muncul nama Rio, lalu Cantik menjawab telponnya,”Hai Cantik entar malem aku ajak dinner yuk.”sahut Rio,”Sorry aku nggak ada waktu.oya aku udah punya jawaban buat kamu, mendingan kamu balik aja ke Bella, aku nggak mau pacaran lagi sama kamu. Bye.”Cantik menutup handphonenya. Lalu Cantik menatap wajah Andi sekali lagi,”Makasih ya.” Andi kebingungan mendengar ucapan terima kasih Cantik barusan,”Lho makasih buat apa?” Cantik tak menjawab dan hanya terus memandangi wajah Andi dengan senyum lebar. Kini Cantik telah menemukan jawabannya.
Komentar
Tulis komentar baru