Sri Wintala Achmad
Siang di Taman Kota
Kekupu hinggap di mahkota mawar
Dengan sayap-sayap yang bergetar
Hingga sepasang jiwa tertangkup
Dalam puja asmaradana
Sedesah kekupu selenguh mawar
Adalah napasku napasmu yang
Bakal menjelma semilir angin
Bagi seribu satu matahari
Seusai kekupu meninggalkan mawar
Katakan perempuan pada orang-orang di taman
Bila kepergian lelaki buat kembali
: Mengasuh bunga dengan bahasa sayapnya
Cilacap, 2013
Sketsa tengah Malam
Malam ini tak ada bulan
Dimana kau selau memujanya
Selayak Tarub pada Nawangwulan
Malam ini tak ada angin
Dimana kau selalu menitipkan pesan
Harum dupa pada mendiang pacarmu
Malam ini tak ada cerecet bence
Dimana kau selalu mendambakannya
Sebagai tanda akan kembali tercuri hatimu
Malam ini tak ada puisi cinta
Sesudah kata-kata sekadar bualan
Dari seorang pemabuk pinggiran jalan
Cilacap, 06052012
Kabar Angin Hari Ini
Angin menerobos lewat celah jendela
Mengabarkan: kuntum mawar tanggal dari tangkai
Sebelum kekupu mencecap sari madunya
Siapa yang menangis di balik jendela?
Bukan mawar bukan kekupu, kata angin
Tapi seorang gadis yang memberhalakan cinta
Angin kembali menerobos lewat celah jendela
Mengabarkan: mawar baru telah mekar bagi kekupu
Sayang! Gadis itu telah murtad dari agama cinta
Cilacap, 28102011
Dari Pertunjukan Dangdut
Dangdutmu dangdutku menggugah berahi
Rembulan menggoyangkan pantatnya
Bebintang dalam kembabukan asolole
Sukma membumbung ke langit terpuncak
Seirama tepakan-tepakan ketipung
Kita terbangkan asmara serupa merpati
Menembus lapisan demi lapisan mega
Menuju Eden dimana Adam-Eva memaknai khuldi
Sebelum kokok ayam pertama mengisyaratkan fajar
Tuntaskan geliat kita dalam lenguhan melodi
Hingga saat lampu-lampu dipadamkan
Cinta kembali membuka jalan bagi matahari
Cilacap, 2013
Mengenang Cinta Pertama
Lelah aku melacak jejakmu
Pada setiap halaman buku-buku tua
Dari hulu fajar hingga hilir senja
Yang aku susuri dengan sampan renta
Seperti Serayu yang berparas coklat
Waktu terus mengalir tak bersahabat
Sambil melenyapkan jejak kecipakmu
:Ikan emasku yang meloncat dari kepis hati
Berserah aku di tepi Teluk Penyu
Seperti matahari yang harus berpulang
Sesudah gagal menangkap bayangmu
Yang berlindung di balik mantel awan
Cilacap, 25122011
Romanza di Ruang Makan
Secangkir kopi segula hati
Kau hidangkan di meja makan
Tempat kita berbagi cinta
: Pahit-manisnya kehidupan
Seoles mentega di roti tawar
Kecupan bibirmu yang membekas di jiwa
Hingga puisi menjadi roh dalam sajak yang
Digubah penyair lewat persetubuhan
Seucap kata selamat jalan
Sebelum lelaki meninggalkan ruang makan
Menjadi sebilah pedang di arena pertarungan, di mana
Bunga kejayaan hanya pantas kukalungkan di leher adinda
Cilacap, 29102011
Komentar
Tulis komentar baru