Skip to Content

PERANAN BALIAN SHALIH DAN PEMELIHARAAN SKO DI KERINCI

Foto Zarmoni
files/user/10176/IMG20201009213108.jpg
IMG20201009213108.jpg

Balian Salih merupakan sebutan untuk seseorang yang telah di pilih oleh arwah leluhurnya dan di naikkan/dilantik dengan ritual adat budaya di Tanah Siulak sehingga memiliki kesaktian bisa berkomunikasi dengan arwah leluhurnya serta bisa mengobati orang. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Balian artinya Dukun, sedangkan menurut kamus agama Hindu Bali, Balian artinya dokter tradisional. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Salih/Saleh ialah orang yang taat dan bersungguh-sungguh menjalankan ibadah. Jadi dapat di simpulkan bahwa Balian Salih di Siulak ialah seorang yang taat menjalankan adat budayanya dan bertanggung jawab khusus/perantara penyampai pesan dengan arwah nenek moyangnya.

Untuk menjadi Balian Salih tidak bisa dengan sekehendak hati, melainkan benar-benar orang pilihan dari arwah nenek moyang tersebut. Biasanya Balian Salih ini kebanyakan wanita, namun ada juga pria.

Sebelum menjadi Balian Salih, biasanya apabila seseorang menderita sakit, keluarganya akan berusaha mengobatinya melalui dokter atau menteri. Namun apabila sakit makin berlanjut, keluarganya akan mencoba untuk bertenung di kerinci disebut dengan “batenong” kepada seorang dukun kampung. “batenong” yaitu upaya untuk mendeteksi suatu penyakit melalui alam gaib/ mistis. Sehingga dari sana diketahui bahwa salah satu arwah ninik moyangnya mau “inggih” / menurunkan ilmunya kepada si sakit.

Atau bisa juga, ketika arwah ninik moyang mau turun kepada seorang anak cucunya, ia akan kerasukan dan meracau bercerita tentang sejarah lampau, dan perjalanan yang telah ditempuhnya.

Balian Salih merupakan arwah dari leluhurnya baik dari garis keturunan ibu maupun keturunan bapak. Tidak bisa Balian Salih dari keturunan orang lain / suku lain.

Orang yang menjadi Balian Salih biasanya akan di urus atau dilantik dengan ritual adat budaya yang disebut “Palaho”. Adapun tatalaksananya kira-kira seperti ini:

Untuk Persiapan :

  1. Sangkak Tiga;

Sangkak menurut adat kebudayaan tradisi Kerinci ialah sebuah bambu telang kuning yang di anyam ujungnya menyerupai sangkar ayam dan diisi dengan bunga setangkai. Sangkak merupakan tempat bersemayamnya arwah ninik moyang/leluhur, yaitu pemisahan antara yang wujud dan yang gaib. Sangkak ada beberapa tingkatan, yaitu :

1)      Sangkak Tunggan (satu), yaitu sangkak orang sakti yang turun kepada seseorang dan mengajarkannya ilmu agama, sehingga setelah dilantik yang bersangkutan berubah total dalam kehidupannya terutama dibidang ibadah ia kan senantiasa taat kepada Allah SWT.

2)      Sangkak Tiga merupakan penunjukkan bahwa pelaku baru memulai menjadi Balian Salih, ia baru akan diajari berbagai ilmu pengobatan oleh arwah leluhurnya;

3)      Sangkak Lima yaitu menunjukkan bahwa sang Balian Salih sudah berkecimpung mengurus Adat Budayanya telah lebih dari 10 sampai dengan 15 Tahun;

4)      Sangkak Tujuh ialah Tingkatan tertinggi didalam perjalanan Balian Salih, hal ihwal pengobatan, dan ilmu leluhur sudah dikuasainya “panyuntuk sagalo ilmu, panyudah sagalohulubalang dilingkut kain tudung guru”.

  1. Alat-alat sesajen:

Alat-alat sesajen yang dibutuhkan baik berupa makanan seperti nasi, gulai, ayam, buah-buahan maupun lemang dan juadah. Semuanya disiapkan sebelum penobatan gelar balian salih diberikan.

  1. Alat-alat Penobatan;

Seperti Beras Jikat, sirih pinang, bunga-bungaan, kesemuanya akan diberitahukan oleh Dukun Kampung yang akan menobatkan gelar balian Salih.

  1. Alat-Alat Untuk Pemakai

Seperti Kain “Tudung” yaitu kain panjang untuk gendongan bayi, Keris, mangkuk, kain putih, bakul, dan Al-qur’an.

Untuk biaya kesemuanya itu akan ditanggung oleh keluarga dalam satu rumpun/sukunya. Jika yang akan dinobatkan sebagai Balian Salih itu laki-laki, maka yang mengeluarkan biaya ritual adatnya adalah anak perempuan dari sukunya, sedangkan jika pelakunya adalah anak perempuan maka yang akan membiayai adalah anak laki-laki dari sukunya. Biaya ini disebut dengan “Pa Gdang-Pa kcik” yaitu iuran bersama.

Balian Salih ini biasanya sejalan dengan orang yang memakai “sko” setiap orang yang memakai Sko pasti ada salih sebagai penopangnya. Diantara nama-nama salih yang ada di Kerinci antara lain ialah :

  1. Salih Hitam Muretap Bumi;
  2. Salih Kunin Silayang Mirat;
  3. Salih Kunin Lipat Kain;
  4. Salih Bujang Tandang Mawai;
  5. Salih Bujang Burambut Panjang;
  6. Salih Kunin Nyato Butirai;
  7. Salih Kunin Ilang di laman;
  8. Salih Gadih;
  9. Salih Kunin Manito Alam;

10.  Salih Kunin Susun Bungo;

11.  Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Ketika adanya kenduri Adat di Kerinci maka para Balian Salih akan memayungi Sko tempatnya bernaung, dan mengiringnya saat berjalan mengitari kampung.

Dalam hal memelihara Sko, ada tiga kali membutuhkan jamuan atau acara ritual yang didaerah Kerinci di sebutkan “Magih Sabat Sko Makan” yang artinya “Memberi sahabat Sko Makan”. Karena menurut kepercayaan orang Kerinci, setiap Sko itu mempunyai sahabat seperti :

  1. Imau Kumbang (Macan kumbang);
  2. Imau Kunyit (Macan kuning);
  3. Ula Gdang (Ular besar);
  4. Imau Putih (Macan putih);
  5. Burung Garugo (Burung besar);
  6. Dan lain sebagainya

Untuk pemberian makan sahabat sko ini, diadakan :

  1. Tahap pertama bertempat dirumah Anak Batino;
  2. Tahap Kedua masih di tempat Anak Batino;
  3. Tahap ketiga dirumah pribadi pemakai Sko.

Dalam ritual pemberian sahabat sko makan maka akan diadakan acara penyerahan sesajen kepada arwah sahabat sko yang berlokasi dipinggiran sungai, dengan menegakkan sangkak satu.

 

Untuk pelaksanaan ini marilah berkunjug ke Kerinci negeri sejuta budaya dan kearifan lokal.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler