Denyut nyeri,
bekas lama yang terserak
disapu dan dikumpulkan jadi satu.
Berjajar rapi
membaca dirinya sendiri.
Juga sepi..Juga sepi..
Kang Mas, kau tahukah bahwa aku demikian mencintai hujan? Sampai kemudian datang kemarau kali ini :yang angin dinginnya menghembuskanmu kemari
I
Mozaik perempuan
Biru, gigil oleh rindu
hingga mati syaraf matanya
BUTA
tak melihat aku yang tergugu
bisu
Satu per satu menepi
merapat dermaga
lempar sauh dan berhenti
Aku masih terkatung-katung tanpa dayung
Mengusap dada
berharap nyeri ini berkenan reda
Sore ini, Mak
biarkan aku tak menutup jendela
menikmati senja murung yang berkerudung mendung
Senja, Mak, masih jelita meski berduka
Ada rindu yang timbul saat kau pergi
Padahal kau bukan siapa-siapaku
Kau sama sekali belum mengenalku
!
Jangan menoleh ke belakang!
MENCARI UNTUNG
Komentar Terbaru