Setelah sukses menggelar Dialog Borneo Kalimantan (DBK), sastrawan Kaltim makin getol mengembangkan sastra di Kaltim. Ada seabrek kegiatan yang kini tengah dirancang dan disiapan selama dua tahun ke depan.
“Tahun ini, sampai tahun 2012, kita sudah merancang sejumlah kegiatan sastra dan budaya di Bumi Etam. Dengan segudang kegiatan ini, kami berharap kehidupan sastra dan budaya di Kaltim akan tumbuh pesat,” ujar Ketua DBK, Korrie Layun Rampan kepada koran ini, kemarin.
Dia mengatakan, ketika berlangsung DBK di Lamin Etam pada 13 hingga 15 Juli lalu, lahir berbagai gagasan dari para sastrawan, terutama asal Kaltim untuk menggelar berbagai event penting.
“Yang membuat semangat sastrawan Kaltim meninggi, terutama karena terpompa oleh kehadiran sastrawan dari negara-negara ASEAN dalam DBK, yang bicara kehidupan sastra mereka yang maju pesat,” kata penyabet berbagai penghargaan sastra dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) itu.
Selain juga, kata Korrie, dorongan yang datang dari Gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak yang berbicara dalam DBK, agar kehidupan sastra dan budaya di Kaltim harus tumbuh dan berkembang dengan baik. “Saat itu, sastrawan menandatangani MoU dengan Pemprov Kaltim tentang pencanangan sastra budaya yang menjadi ruang baru pengembangan kreativitas dan inovasi bagi sastrawan Kaltim,” sebut sastrawan asal Melak, Kutai Barat (Kubar) itu.
Langkah pertama yang disiapkan, ungkap Korrie, dibentuknya rumah sastra di seluruh kabupaten dan kota di Kaltim, yang menjadi sekretariat bersama pada sastrawan dan budayawan.
“Dari rumah sastra ini dirancang penerbitan berbagai buku karya sastra, dialog sastra, seni dan budaya, serta seminar-seminar,” ujarnya.
Dia menguraikan, bahwa pada Oktober 2011 ini, dijadwalkan seminar sastra dengan tema mencari sastra tinggi dilanjutkan sayembara novel dengan tema lingkungan hidup dan kehidupan daerah perbatasan.
Tahun 2011, katanya, ditutup dengan penerbitan antologi cerpen Dua Cincin Deswita dan Labirin Mahakam. Juga seminar cerpen Kalimantan dalam cerpen Indonesia, serta Kalimantan dalam pragmen novel Indonesia. “Kita gabung menjadi satu, seminar sekaligus peluncuran buku antologi dua cerpen tadi dalam acara tutup tahun 2011,” jelas Korrie.
Pada tahun 2012, tambah dia, dimulai dengan kegiatan pertemuan sastrawan Indonesia dan Kalimantan. Disusul juga dengan penerbitan antologi drama modern dan tradisional Kalimantan.
“Saya berharap semangat sastrawan Kaltim tidak pernah pudar, sebab banyak sekali karya-karya bermutu yang lahir dari tangan sastrawan Kaltim, yang memperkaya khasanah sastra Indonesia. Itu harus mendapat tempat yang terbaik,” katanya.
Komentar
Tulis komentar baru