KAYA MISKIN PERBENDAHARAAN KATA UNTUK KETAJAMAN RASA
Menjadi penulis itu perlu kaya. Kaya perbendaraan kata. Dengan kekayaan perbendaharaan kata dia akan bebas leluasa memilih kata-kata dalam gudang perbendaharaannya untuk dirajutnya menjadi baris dan bait-bait puisinya.
Dengan kekayaannya ia bisa menajamkan dan menanamkan rasanya pada gubahannya meski tidak sepenuhnya ketajaman itu bisa menyatu dengan rasa pembacanya.
Kekayaan perbendaharaan kata bisa diperoleh dengan banyak membaca. Dan tentu saja ia harus paham makna kata yang dibacanya.
Banyak, sangat banyak karya pujangga tanah air, bahkan pujangga dunia yang bisa kita temui. Dunia internet sangat terbuka untuk mendapatkan bacaan-bacaan.
Jangan harap karya kita menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para pembaca jika kita tidak mau membaca.
Kontemplasi atas sesuatu yang ditunjang dengan kemampuan memilih kata akan menghasilkan kehalusan rasa.
Demikian yang saya lihat pada puisi-puiai Ifa Arifin Faqih. Jika dibandingkan dengan puisi-puisinya yang terdahulu, 4 puisi yang saya baca dan saya sertakan berikut ini menampakkan usahanya untuk lebih dalam merenungi sesuatu yang bisa menjadi inspirasinya.
Silakan simak puisi-puisinya.
KIDUNG RINDU
BIAS-BIAS CAHAYA
KUTITIPKAN RINDU
BUKU USANG
4 di atas adalah judul puisi gubahan Ifa Arifin Faqih. Ke 4 puisi itu disalin dari Jendela Sastra Media Sastra Indonesia. Ke 4 puisi gubahannya disertakan mengikuti telaah atas puisi-puisi tersebut.
KIDUNG RINDU Ifa Arifin Faqih
sambut tanganku
terlalu lemah untuk menggapaimu
jalan yang kutempuh makin tak terarah
jiwaku melangkah pada titian goyah
senandungku ingin didengar
walau nadanya semakin sumbang
lirih, ingin merayu syahdunya syair kerinduan
kidung rindu terasa hambar
membelai jiwa yang meradang
mengusung hati pada sebuah harapan
duhai puja, penguasa jiwa yang kembara
dengarlah kidung rindu yang bergelora
rengkuh segalaku dengan kebaikan
agar rindu kembali dalam dekapan
Probolinggo, 21102020
BIAS-BIAS CAHAYA Ifa Arifin Faqih
Telah kusulut lampu-lampu lampion warna-warni
Untuk menerangi ruang-ruang hati
Di pematang jiwa yang tak terjamah rasa
Berharap pinta menjadi pelita saat gulita
Rupanya salah menata letak
Hingga pijak mudah beranjak
Tak pula sampai beranak pinak
Satu demi satu penerang padam
Ruang- ruang menjadi kelam
Lorong pun beraral melintang hitam
Samar, sebias cahaya ingin kurengkuh
Melupakan sesuatu yang buatku berkeluh
Keyakinan atas segala-Mu yang Maha Besar
Engkau cahaya kasih yang tak pernah pudar
Probolinggo, 16122020
KUTITIPKAN RINDU Ifa Arifin Faqih
Semalam telah kutitipkan rindu
Pada angin yang sepoi membelaimu
Lirih bisikannya menyentuh kalbu
Yang hadirnya tak pernah kautahu
Sejenak hilang luka yang mendera
Kala canda tawa menghibur lara
Berkisah tentang cinta yang ternoda
Rindu mulai menelisik, luruhkan nelangsa
Kecewa mulai terganti senyum ceria
Akan kubawa rindumu bertunas dalam jiwa
Biarkan bersemi, bernas dalam ranumnya rasa
Hingga membuatmu lupa tentang janji dusta
Merawat rindu kita dalam indahnya bersama
Hingga maut memisahkan kita selamanya
Probolinggo, 29122020
BUKU USANG Ifa Arifin Faqih
Kusimpan buku usang
Tentang perjalanan panjang
Untuk di-eja ulang
Cermin menuju terang
Masih tertulis rindunya hati
Lewat senandung kalam Ilahi
Dalam sujud lantunan puja-puji
Probolinggo, 01012021; 21:00
202101040836 Kotabaru Karawang
Tulis komentar baru