telah sampai waktumu,
untuk menyingkap rahasia puisi-puisimu padaku
yang dari abad purba, manusia selalu
selisih pendapat meski pun yakin
ada lilin berpendar dalam tiap baris puisimu
: puisi apa saja, bisa kau bawa mati, katamu
karena di alam abadi masih ada nyanyian orkes
yang mengantar puisi jadi syair lagu
telah sampai waktumu, untuk jujur padaku tentang puisi-puisimu
yang sejak kehadiranmu, tak seorang pun tahu
sejak sayap jibril tanggal dimuka bumi
agar manusia tidak lupa pada sumber cahaya
yang mencipta kita agar mengenal
dosa dan karma
telah sampai waktumu,untuk memaknai utuh puisiku, katamu
ada dan tiada, jadi sekat realita dan maya
sejak puisiku dan puisimu menetes jatuh
menjelma bening embun di matamu
aku harus, dan harus mendatangimu
meski langkah tertatih payah
tersandung kerikil-kerikil tajam
Komentar
Tulis komentar baru