Angka-angka almanak meja menarik nafasku mendekati semerbak wangi helai rambut kekasihku
Kini aku reranting pada subuh yang mulai merasakan dekap hangat mentari pagi
Hari-hari lalu seperti lenyap dari ingatan, hanya menyorot ke depan, terpusat pada sebuah pertemuan di ujung anak tangga yang dibangun dari ratusan batu bata rinduku
Aduh, Tuhan
Masihkah mawar cinta ini sesegar dulu, saat embun-embun menempel dan kupu-kupu menghinggapi? Saat burung-burung bernyanyi dan angin-angin menari?
Dan seperti itu aku bermimpi menjelang pagi ini
Aduh, Tuhan
Masihkah rindu ini Engkau tempatkan di bulat garis yang Engkau haramkan? Atau pertemuan ini telah engkau halalkan dalam takdir-Mu?
Sementara sepasang cincin ini masih erat di genggamku
Aduh, Tuhan
Aku akan kehilangan siang, sore, malam, dan hari-hariku, jika Engkau tidak menghadiahi halal pagi ini untukku dan kekasihku
Maka ikhtiar telah aku jalani, kini aku berserah pada takdir-Mu…
21072011|19081432
Komentar
Tulis komentar baru