Aku berada diantara hidup yang malam
Dan pagi yang mulai tersulam
Bibirku terkunci oleh kenangan hari senja
Kenangan yang membawa ku pada nya
Kala itu,
Kepada sisa sia penantian dalam diam
Kepada cahaya nya yang perlahan ku tau tenggelam
Rebah , membiru di bagian tepi kanvas cerita
Berpindah dari rupa menjadi hanya sekadar fana
Tapi nyatanya, angin tak kuat jika harus mendiamkan awan
Tapi nyata nya sang pelangi tak peri menjauh dari muka hujan
Ombak sudah tak tahan untuk menepi ke daratan
Tibalah saat nya semua terungkap yang sebenarnya ada di dalam hati
Tak usah lah kita lagi lagi membungkusnya dengan kepalsuan yang memuakkan
Aku selalu merindukan pelangi sesunguh sungguhnya, bukan hanya ilusi mata semata
Apakah salah jika kita merangkak dilumpur kejatuhan kita
Bukankah kita selalu punya posisi dimana tangan dan kaki kita terikat
serta serasa dunia menginjak tengkuk kita
Lalu apa harga dari daun yang jatuh ditanah usang itu?
Apakah tak jadilah ia berharga?
Perhatikanlah kejatuhan daun itu menumbuhkan buah yang baru
Lalu apakah seberharga itu kah pohon yang rindang tanpa buah
atau lebih berharga pohon yang berbuah tetapi tak rindang?
Akan selalu ada daun yang jatuh, tetapi akan selalu ada angin yang berhembus dengan tulus menempatkan daun kering itu ditemat yg semestinya
Agar cepatlah dengan segera buah tersebut ranum di belai angkasa..
Komentar
Tulis komentar baru