Skip to Content

Mengadu-Padan Rindu

Foto Mahbub Junaedi

kucari sambil berlari, jejak kemarin terlacak api,

menderas air mata, mengarus darah ternyata

menguras jantung hingga denyutnya ampang

membaui dengus nafas dari puisi-puisi anfas

menggelegak sesal di balik arca merlion, jangan sebut alazon

 

bersimpuh mencium kata di kaki

bersimbah bulir pasir pantai

layar kusemat bercorak bait-bait

kepak sayap camar mensitir larik soneta

 

semakin kencang biduk kukayuh, bukan lancang kutuk bersimpuh

pulau masih berselimut kabut, pukau serepih pagut menuntut

pada rahim yang pernah kuhuni, pada Kadim aku bersunyi

menanti lesung perindu mengusung katil memadu janji

 

muka tersaput angin savana kering, kehilangan

jika marwah tanggalkan uswah, hunus mencari titik impas

ruh lunglai sepadan bafta membasah, badan terlolosi hilang belulang

 

saat memintal benang rentang, terabar pada bentang kabar abulhayat menggetarkan altar Arsy

mendayu-rayu bulan pada sabitnya, berselimut kabut yang lengas di dedaunan

pada bulan pula terpinta, turunlah, hendak mengadu rindu cahya di paras terperas

seludang yang dulu menangkup setanggi-ladan menghimpun asap, mantera aruskan senyawa kata bertuah

 

pada adegan fabula di panggung altar maula memancang trisula

tak pelak rindu mengiris falak di ujung senja

awak terguncang tak mampu menahan bahak yang pilu di ujung pintu

pada sesiapa mengadu?

: pada sesiapa mengadu,

... nestapa gundu gulirkan rindu di sepohon randu yang meranggas

ketika kesungguhan menemui jalan buntu?

atau ujar-ujar tak sejajar dengan limit takdir?

 

Bumiayu, Januari 03, 2013

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler