1
Aku ingin menyusuri suaramu
Di lintasan musim yang kusut,
Di tahun-tahun yang ribut,
Di antara jalanan yang semerawut,
Aku ingin menyentuhmu
Burung-burung liar seakan meletakkan pagi di nafas kota
Dan meninggalkan sarangnya yang sepi ke dalam dadaku.
Di ingatanku
Sosokmu menjauh
Lenyap ke dalam tembok bisu
Tempat kematian dan kehidupan berbaur jadi satu
Hari demi hari mimpi-mimpi bangkit menggetarkan jiwa
Memanggil namaku dengan lengkingnya yang tajam
Dan disiapkannya bencana di beranda mataku
Di atas lengkung bumi yang hangus dibakar waktu
Kadang di hamparan yang luas ini
Aku bagaikan seonggok bangkai yang terbuang,
segerombolan serangga dengan giginya yang tajam
mengoyak tubuhku, mengupas selaput jantungku
hingga detaknya membeku di rawa-rawa gelap cintamu
2
Aku mencintaimu
Sebuah lonceng menggema dari kedalaman jiwa
Pesawat-pesawat kertas
Melepaskan dentuman meriam ke dalam dadaku
Kobaran api mengaum di mimpiku
Kemanusiaan dalam diriku tak lagi mau mengejarmu.
Dalam pikiranku gelegar petir bersautan
Melemparkan anak-anak panahnya kepadamu
Rindu seakan mangkir ke tempat yang lain
Sementara di malam yang pucat
Ku lihat bayi-bayi menjerit
Mencari dada ibunya yang telah mati
Terbunuh oleh kesibukannya sendiri
3
Kau ada dimana cintaku ?
Ketika gagak yang berkoak dalam detak jam memburu jasadku
Menancapkan kuku-kukunya, merobek lembaran hatiku
Dan darahku mengering pada coretan dinding bisu
Apakah aku masih harus mencintaimu ?
segenggam batu yang kulemparkan telah membuatku luka
Sementara kata-katamu yang tersisa
Telah menjadi fatwa-fatwa,
Menjadi senjata mematikan
Yang terus dilesatkan pada sebuah kota
Yang terluka
21 Februari 2019
Komentar
Tulis komentar baru