(Duka Sophocles)
Di panggung redup
Sophocles menangkup
mata berurai darah
Bayang Plato jengah
"Untuk L"
Sungguh! dalam telaga teduh matamu aku masih mencari senyum ibuku Sumpah! kelesuan itu menjadi asap meliukliuk gelisah di kaki kursi di cengkeram gelap.
Rumput Liar Serumpun rerumput liar menjalari trotoar makassar mencoba menantang kemarau mencoba tepiskan hingar. Terus menjalar jalani takdir.
1 Pagi Ada rindu pada mendung yang terpinggirkan beringas metropolitan, mengawal debu pagi beterbangan menujah matahari
berlompatan, aksara menyudu angin suara-suara enggan bicara wajahmu serenta hadir mengeja rasa tanpa tetapi senandung silam perlahan mengajak
usai seruntun hujan masih menyisakan dingin kebekuan dermaga tua tak ada angin di sini juga kau hanya lumut menghitami bangkai kapal
saat dahan dan ranting dilangkah senjahujan tak henti mengguyur gelap malam.bulan tersiak dalam kelamcahayanya kian tumbangjatuh di penubungan.setiba dipersimpangan
malam selingkuh, ilalang telah rapuh sedang usia masih saja terus bertaruh di rindu yang tak selalu bisa dengan leluasa kita asuh bahtera sunyi menyeret segenap kenangan berlabuh
Coba berkata pada kaca
pantulkan aksara.
Wajah masih saja
kubawa.
Hanya saja
;semakin arca.
Komentar Terbaru