Aku secangkir kopi, melukai
angin malam ini. Bersiul mengikuti rintik hujan Tengadah di antara malam,
tapi aku tak semanis dulu lagi
Imajinasiku tersesat dalam ruang yang sesak, Logikakupun terasa mati seakan tak bergerak, bongkahan mimpi yang dulu ku genggam, Kini terlepas ke dunia yang tak ku kenal.
Pikir jauh melaknat diri
Mungkar resapi ranah purba
Naluri moyang terkuak
Pujian tertinggi
Akses pengetahuan tanpa batas
Pola hakiki tak terselami
Rengkuh Liku Labirin Alam
Meniti Suram Menghempas Harap
Lelana Duka Tiada Ampun
Pacu Waktu Tanpa Pilihan
Karapan Kehidupan Melaju Muram
Menyadari Aku Sebagai Ilalang
Yang Menghalangi Dua Tanaman Bunga Mekar Dengan Indah
Aku Memilih Untuk Dicabut Hingga ke Akar
Merangkai Kata Cinta Dalam Diam
Menyayangi Dengan Membisu
Pujangga Batin Yang Pilu
Ceriamu Menghiasi Alam Imaji
Mengakhiri Pilu Sepanjang Malam
Birahi surgawi mencumbu naluri hewani
Mengikat harga mati kebenaran pada setiap insan
Merendahkan budi, melucuti akal, memperkosa logika
Bergumul dipasang dosa dan logika
Meraba setiap lekuk dan bercumbu
Kayangan nyata
Aroma wangi kenikmatan
Terbakar nafsu hakiki
Lepaskan semua
Komentar Terbaru