Kalau kita membaca surat kabar atau majalah, sering kita berjumpa dengan istilah 'Penyair', terutama dalam ruang sastra dan budaya. Di sana kita mengenal nama-nama seperti: Taufik Ismail, WS. Rendra, Sutardji Calzom Bachri dan lain-lain.
Sengaja saya membuat judul tulisan ini dengan sebuah pertanyaan 'Siapa Penyair?'. Pandangan sebagian orang terhadap makhluk yang namanya seniman (termasuk penyair) masih terlalu sempit. Kalau seseorang menyebut penyair, maka citra yang terbayangkan, penyair itu nyentrik, suka urakan, awut-awutan, kumal dan sebagainya. sampai-sampai ada yang berkata, bahwa yang menyandang predikat penyair lebih aneh profil penampilannya ketimbang hasil karyanya. penilaian ini bisa jadi benar, tapi tentu saja tidak untuk semua penyair. Coba lihat betapa gagah dan rapinya Taufik Ismail, Noorca Marendra, Ahmadun Y H.
Penyair adalah manusia biasa yang di lahirkan ke dunia, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jadi apa yang membedakan penyair dengan manusia lain? Pesu Aftaruddin dalam bukunya 'Pengantar Apresiasi Puisi' menyatakan; yang membedakan penyair dengan manusia lain adalah: pertama, ia mempunyai kepekaan terhadap rangsangan sekitarnya. Kedua, ia mampu menterjemahkan kembali kesan-kesan yang dialaminya dan rangsangan-rangsangan yang diterimanya dan diekspresikannya kembali sebagai ungkapan sastra, setalah melalui proses pemasakan, melalui pilihan kata-kata yang tepat, warna bunyi yang sesuai dengan suasana. Ketiga, penyair itu adalah seniman yang jatuh cinta pada bahasa.
Penyair adalah manusia biasa yang tidak awam, manusia biasa yang tidak biasa. Penyair adalah manusia yang dianugrahi oleh sang pencipta kelebihan-kelebihan dari manusia lain, yaitu dari segi memandang dan memberi makna alam serta kehidupan ini.
Penyair dalam karyanya selalu mengungkapkan kebenaran, baik kebenaran dalam masyarakat maupun kebenaran dalam cita-citanya. Sebagai manusia ia tidak mau diperolok-olok, dibohongi, diperbudak. Sebagai penyair ia mengungkapkan pengalamannya dalam sebuah puisi yang dapat menggugah perasaan pembaca/pendengarnya, sebagai suatu karya seni yang memukau. Penyair bisa menyatukan antara pikiran dan perasaannya, seperrti rasa rindu, rasa benci, keindahan dan lain-lain.
Dalam kita suci Al-Qur'an, Allah swt menerangkan dan memperkenalkan kepada kita, siapa penyair, yaitu dalam surat Asy Syu'ara. Tapi ingat kalau kita membaca surat ini jangan dari ayat 224 - 226 saja, sebab itu akan membuat kita membenci penyair, sebaiknya kita baca sampai ayat 227.
"Para penyair, mereka diikuti orang-orang yang tersesat, tidakkah kau lihat, bahwa mereka mengembara di setiap lembah dan mereka mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan (Q.S. Asy Syu'ara 224-226)
"Kecuali yang beriman dan beramal saleh, serta mengingat Allah. Dan hanya membela diri, sesudah dizalimi. Mereka yang zalim akan mengetahui bagaimana jadinya... (Q.S. Asy Syu'ara, 227)
Untuk mengakhiri tulisan ini, saya tuliskan sebagian sajak 'Syair Kebangkitan' karya Yudistira ANM Massardi,
I
Gelisah penyair tak pernah mati
Selama kebenaran tegak abadi
Maut hanya istirah
Tuhan kembali menggerakkan kehidupan
Kehidupan yang menggerakkan hasrat akan kebenaran
Kebenaran menggerakkan pena para penyair
.....................
Komentar
Tulis komentar baru