Aku kasihan
dengan kursi rotan
keberadaannya
tidak lagi berharga
diantara empuknya sofa
Aku kasihan
dengan bendi tua
keberadaannya
tidak lagi berharga
karena kudanya tak punya tenaga
Aku kasihan
dengan puluhan nyawa
keberadaannya
tidak lagi berharga
diantara sebutir peluru saja
Aku kasihan
dengan seekor ayam
kokoknya
tidak lagi berharga
sebab gonggongan anjing
lebih menakutkan
dan dapat perhatian
pemeliharanya
Aku kasihan
dengan pemimpin baja
kata-katanya hanya janji belaka
bagai sampah
dalam got kota
Tembilahan, 19/12/2012
Komentar
Sebuah sindiran....
Sebuah sindiran, puisi ini cukup mengena bahkan dapat memerahkan telinga yang merasa tersindir....saya melihat ada ciri khas cara orang melayu "menyentil telinga penguasa" dalam puisi ini. Salam kenal bung.
Beni Guntarman
Tulis komentar baru