Aku mungkin lupa
dimana kusimpan aroma hujan
yang kauberi padaku waktu itu
Juga warna mata dan rona senyummu
Angin begitu kencang menggoyang tubuhku yang masih baru
Terayun-ayun ke sana ke mari menyapa daun yang lain, ranting, dahan dan batang
Hei, dimana akar?
"Jangan pergi" ratapmu pilu
Hujan terlalu deras hingga ratapmu hanyut terbawa arus
Mungkin tersangkut di rimbun teratai pada kolam di tengah taman
Telahkah kau terima surat-suratku? Kukirim setiap aku merindu. Kau tahu? Di sini aku menunggu dengan sejuta gelisah yang menghanyutkanku pada setiap inchi kenangan yang pernah kita lewati.
Kau ingat, Uda
Janji yang kau ucap pada waktu kereta tiba
Kini hilang lenyap tinggalkan gulali rindu di rongga dada
Dimana kau, Uda
Di penghujung malam
Ada perut-perut menahan lapar
dan gigil kedinginan
di halte bus pinggir jalan
Di emperan pertokoan
Ah, senja telah berlalu
berganti malam yang sendu
Rinai hujan kembali turun mendayu pilu
Bolehkah kutitip salam rinduku
pada tiap bulirnya yang datang mengadu?
Hei, lihat gedung tinggi itu
Seperti ingin mencengkram langit
Sementara yang di bawah ingin menjerit
Suaranya tak terdengar karena lidah tergigit
Ingat-ingat masa kecil
Ingat-ingat pada kumis tipis
dengan senyum bijak yang manis
Ingat-ingat yang muncul sebaris demi sebaris
Sejak pagi setiap hari menyusuri jalan hingga malam
Menelisik setapak demi setapak aspal hitam berdebu penuh batu
Mengurai-urai reranting dan dedaunan di sepanjang jalan
Komentar Terbaru