Skip to Content

Maret 2017

Menjilat Luka

Lewat pintu itu mereka keluar

Selangkah demi selangkah detik tak terhitung banyaknya

Satu lukisan menggeliat layaknya ular

Melilit menghimpit benak tertinggal

Bisikan-bisikan

udara dingin buatan menyambut
tenang layaknya sungai, sejuk seperti gunung
tapi bukan

aku pilih satu meja kayu
duduk

Retak Juga

dari dalam keluar menuju jalan
dari keramik, beton hingga aspal

pelan menjinjit
tak bersuara seperti tarian waktu

dasar fondasi yang dipingit

Malam Di Kotamu

 

Judul:  MALAM DI KOTAMU
Karya: Tarsisius Ramto Idong (TRI)
Pukul 23.00
Hening sedang berpesta -
Sebab takhta ditundukkan jam berdentang
Helaan nafas jadi santap malam dedaunan
Cahaya lampu jalan meredup; menunggu -
Langkah - ???
Siapa??
__,
Bara api tersisa di trotoar -
Bekas kakek tua membakar sampah makanan
Masih tersisa pula ampas kopi -
Di pos ronda perumahan kota; sisa percakapan
Tentang politik Ibu Kota
Yang dibawa pulang adalah emosi
Karena tak sanggup merubah pilihan
Sudahkah mereka mencerna yang baik
Untuk Ibu kota yang sejahtera?;
Tanyakan saja
___
Malam, 23:14
Jalanan rindu dilalui banyak orang
Kebut-kebutan mengejar kerjaan;
Ia juga rindu tabrakan -
Bisa mencumbu darah manis si jagoan
HI, 

Dendam Maria

Sore hari ketika Ali mati dihadapannya, Maria sedang membenarkan letak kerah baju kemejanya. Sekitar 20 detik yang lalu, sambil memoleskan gincu pada bibirnya yang agak basah, Maria memandangi Ali yang sedang sekarat dengan tatapan yang biasa-biasa saja, di atas kasur pada kamar hotel yang baru ia dan Ali singgahi kira-kira 25 menit sebelumnya.

PERJUANGAN

Di negeri orang

pasrah


ah,.

Hanya Aku Dan Rasaku Yang Tahu

Hanya Aku Dan Rasaku Yang Tahu

Oleh : Miya

Hari itu...

Tak tahu kenapa aku berubah seketika,,

Ada Jalan Di Balik Itu Semua

Di tepi laut selatan ini

Kulihat burung camar terbang bebas

Menembus awan dan menguasai langit

Tak terpengaruh

Akan apa yg ada dibawahnya

Hanya saja



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler