Skip to Content

April 2022

sementara kita masih seperti ini

aku tetap merasakan untaian merdu suara kasihmu

sekalipun hanya sesekali kau melempar pandang dari kejauhan

akupun tetap mampu menangkap sorot matamu

PUISI BERSEMPENA RAMADAN

TUHAN, BERILAH AKU KESEMPATAN

Kemirau @ Sang Murba


Tuhan, berilah aku kesempatan

DARI KAMPAR KE KUALA SEMANTAN

DARI KAMPAR KE KUALA SEMANTAN

 Kemirau @ Sang Murba


KETIKA melintasi ruang tengah rumah, Leha terpandang tok masih berada di atas sejadah. Tok menundukkan wajah sambil menyeka air matanya. “Apa yang tok sedihkan ni,” bisik hatinya.

GADIS DI JENDELA RUMAH AGAM

GADIS DI JENDELA RUMAH AGAM

 Kemirau @ Sang Murba

KEBELAKANGAN ini tidurku kerap terganggu. Sekembali dari Gunung Ledang tempoh hari, aku kerap meracau. Bayangan gadis yang kulihat di jendela rumah agam di kaki gunung itu seperti mengekoriku.

“Bagaikan dia ingin menyatakan sesuatu,” lintas hatiku.

Rintik Kepedihan

Rintik Kepedihan

 

Hujan jatuh kian menderu,

bak menggebu-gebu.

Bisakah kau melihatnya?

Tiap rintikan itu menyapu basah seluruhnya.

"Malam Rindu di Berandaku"

Malam rindu di berandaku

 

Kemarilah kawan lama

Berandaku sepi telah lama tak ada hangat canda

Kita ngebul mesra dengan teh bunda

Senja Mengerikan

Senja Mengerikan

 

Senja mengerikan

Seakan ingin menerkam semua yang ada di hadapannya

Baru kali ini aku melihatnya

"Menuju Singgasanamu"

Barangkali tuhan menjelma anak" lapar

Bersembunyi di gang-gang gelap

Bertapa di riuh senyap keramaian

Barangkali sebegitu rupanya

 

Nunung Wida Gandini

Ketika awal kita bertemu, kita tak pernah saling sapa. Namun justru engkaulah yang menyapaku terlebih dahulu. Jujur saat itu jiwaku hanyut seakan diri ini menemukan kembali cinta. Percayalah engkau adalah jiwaku yang tak mampu aku lupakan. NUNUNG WIDA GANDINI aku RINDU SENYUMMU.

Pemikiran

Pemikiran berdasarkan intuisi , pertanda pikiran yang terlatih. Mampu menjaga pikirannya sendiri tanpa terpengaruh pemikiran yang dangkal.



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler