KETIKA melintasi ruang tengah rumah, Leha terpandang tok masih berada di atas sejadah. Tok menundukkan wajah sambil menyeka air matanya. “Apa yang tok sedihkan ni,” bisik hatinya.
KEBELAKANGAN ini tidurku kerap terganggu. Sekembali dari Gunung Ledang tempoh hari, aku kerap meracau. Bayangan gadis yang kulihat di jendela rumah agam di kaki gunung itu seperti mengekoriku.
“Bagaikan dia ingin menyatakan sesuatu,” lintas hatiku.
Ketika awal kita bertemu, kita tak pernah saling sapa. Namun justru engkaulah yang menyapaku terlebih dahulu. Jujur saat itu jiwaku hanyut seakan diri ini menemukan kembali cinta. Percayalah engkau adalah jiwaku yang tak mampu aku lupakan. NUNUNG WIDA GANDINI aku RINDU SENYUMMU.
Komentar Terbaru