Padamu negeri, Sungguh Kamu Tak Pernah Mengabdi (protes seniman se indonesia)
Padamu negeri, aku tak melihat kejujuran dan kesederhanaan di wujudmu. Aku melihat keserakahan,
ketamakan dan kerakusanmu. Semua itu juga nampak di kelompokmu. Pidatomu yang memancar lewat
televisi membuat aku mual dan ngantuk, padahal alasan-alasan mu itu bukan dongeng yang baik untuk
tidur. Kamu dan kelompokmu menerapkan satu visi : mumpungisme. Mumpung menjabat, mumpung
ada kesempatan, maka gasak saja dulu. Dan kamu terlihat kaya. Begitulah yang kau sebut mengabdi?
Padamu negeri, aku sungguh menyesal. Dengan tidak melibatkan tuhan, aku melayangkan doa di
antara musim kemarau agar kamu atau siapa pun teman kamu untuk terkena stroke saja. Aku sungguh
tak mengerti, kau begitu lahapnya makan sementara orang-orang yang telah mengalungkan suara di
lehermu masih kelaparan. Kau malah sibuk menambah pundi harta dari periode ke periode dan bersiap
untuk menambah kekuasaan. Terus dan terus begitu. Janji yang kau jejalkan telah kau ingkari.
Padamu negeri, kau menggusur orangorang susah dan malah tambahtambah susah. Kemiskinan
hanyalah datadata tak berarti, sementara proklamasi kau perdengarkan setiap tahun tanpa dihayati.
Orangorang mengisi perut ke luar negeri. Ini negeri gemah ripah loh jinawi. Bukankah kita sudah merdeka?
Padamu negeri, sungguh kau telah mengingkari janji. Padamu negeri, kau tidak pernah mengabdi.
Apalagi berbakti. Kau dan juga teman satu visimu malah menabur garam di luka jiwa dan raga ibu pertiwi. *
Buku : Antologi Puisi - Prosa Liris 50 Penyair Se IndonesiaBuku : Antologi Puisi - Prosa Liris 50 Penyair Se Indonesia
Buku : Antologi Puisi - Prosa Liris 50 Penyair Se Indonesia
Komentar
Tulis komentar baru