Skip to Content

Senja Dikepulangan

Foto satria winarah

Merekah sudah senja itu. Merah warnanya, menggiurkan. Andai saja ada buah semerah itu, dengan campuran kuning serta oranye yang pas, mungkin sudah beribu orang berusaha mengambilnya dari langit, dan tak segan-segan membuat langit kehilangan senja itu hanya demi memilikinya untuk diri sendiri.


Merah senja itu benar-benar menggiurkan, terutama bagi Ali yang sedang merambat pulang ke kampungnya. Jika menatap langit yang senja itu, Ali segera tergiur untuk cepat sampai kepada keluarganya sebelum malam membungkam.
Sawah memetak sampai jauh, menghilang di warna merah yang pekat diujung pandangan. Kanan sawah, kiri sawah. Sekelilingnya bertabur merah, indah. Ali benar-benar terpesona!


Sudah menahun ia tidak mengalami suasana yang demikian indahnya selama di Jakarta. Indah sekali… hingga ia tidak mau pergi dari senja demikian. Senja, yang benar senja baginya! Senja…


Ali terus melangkahkan kakinya, dan matahari semakin lingsir dan menghilang; namun masih menyisakan keindahan dengan merah yang sangat.


Ufuk barat bersinar merona, menggoda. Di ufuk timur tampak sudah rumah panggungnya yang tersemat kayu-kayu sebagai pondasi, dinding, genting, dan seluruhnya. Rumahnya serba kayu, tapi tidak rapuh. Seperti manusia yang rapuh…
Senja makin menyusut, Ali harus berlari agar bisa sampai di rumah tepat sebelum malam membentang, agar ia bisa merasakan indahnya senja ini bersama keluarganya.


Ali berlari, berlari, sekencang-kencangnya. Malam mulai melukis utara dan selatan dengan gelapnya. Di barat, merah itu semakin mengendur.


Ali berlari dan berlari…


Seperti biasa, keluarganya memang selalu menikmati senja. Oleh karena itu, dari kejauhan, Ali dapat melihat keluarganya yang masih lengkap itu sedang menikmati senja di depan rumah yang rimbun pepohonan.


Ali berteriak!!!


Seluruh keluarganya melihatnya dan bersorak gembira ria gempita. Betapa senangnya Ali dan keluarganya atas pertemuan mereka lagi setelah sekian tahun, pada senja di kepulangannya.


Ya, senja di kepulangannya…

Ali berlari, terus berlari, hingga sudah tidak jauh lagi dari keluarganya.
Ali semakin dekat, dan dekat dengan keluarganya. Kini hanya berjarak satu jalanan saja.
Lari Ali yang kencang sebab semangat itu, benar-benar mengecoh.
Sebuah sepeda motor meluncur kencang menabrak dirinya…
Ali terpelanting jauh, dan mengucur darahnya, banyak…
Seluruh keluarganya terperanjat.
Ayahnya, ibunya, dan adik-adiknya berlari ke arahnya, lalu menolongnya.
Tapi tiada daya, tabrakan kencang itu seketika membunuhnya.
Ali benar-benar bertemu dengan keluarganya pada senja di kepulangannya. Senja merah, darah, tapi…
Dimana senja merah darah? Ali mati. Senja merah musnah. Kematiannya dibungkam kesedihan menggelegar. Arwahnya terbang, hilang, dikelam malam.
Senja baginya, benar-benar senja… dan pertemuannya, di kepulangannya…

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler