tetap disini,
pada sendi yang mulai kering,
tatapan nanar membandingkan angkasa pada senja dan subuh,
sama saja, tak ada yang beda,
semua sandiwara keindahan,
pengorbanan jahannam,
mana??
apakah kau bisu lagi tuna rungu?
cium anyirnya lautan yang membentang diperutmu
sudah banyak jiwa yang terkorban demi harkat martabatmu
sedang kau masih manis di tahtamu
langit, sebutan durja para pengemis kuasa
kau ongkang-ongkang bermanis-manis kata
sedang banyak yg bergulat dengan batuan, debu, terik, pula gelombang ganas lautan
kau kau?
mana janji-janji itu?
dulu dibalik megaphone aku dengar suaramu
kau koarkan keadilan, kemakmuran, kejujuran, namun sampai sekrg aku masih buta dengn itu...
aku tuli, dan aku terpaksa bisu
aku dan janjimu
- 1176 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru