Aku sedang duduk di bayang pohon Gambir.
Bau rumputnya dilecehkan asap bajaj.
Kau tahu, Dina?
Ibukota sangat angkuh.
Ia biarkan gadis-gadis tua berbaring di pahaku.
Ia biarkan seorang lelaki bangsat mengencingi gardu.
Ibukota sangat angkuh.
Kau harus tahu, Dina!
Untunglah,
Langit-langit pohon Gambir
Dan jari-jari binalnya adalah
Wajahmu.
Dina, kusudahi dulu sajakku,
Karena kereta mau berangkat,
Dua jam lagi.
Pekarangan Belakang St. Gambir, 29-05-2014
Komentar
Tulis komentar baru