Perasaan rindu kembali memainkan dramanya,
tanpa not sumbang hanya ada alunan nada lirih,
menghanyutkan klise-klise potongan kecil kebersamaan harmoni suka keluarga..
bergelayutan aksara di penalaran tenang,tertangkap rapi enggan pergi, enggan pergi. Meskipun beberapakali digusur perasaan haru....
tanpa not sumbang hanya ada alunan nada lirih,
menghanyutkan klise-klise potongan kecil kebersamaan harmoni suka keluarga..
bergelayutan aksara di penalaran tenang,tertangkap rapi enggan pergi, enggan pergi. Meskipun beberapakali digusur perasaan haru....
Untaian demi untaian " Maaf " dan " Bersalah " mengambang di riak gelombang bibir pantai lalu hanyuut bersama salam-salam rindu yang tak terwakilkan...
Dan bergegas pergi tanpa pamit bersama deruh angin...
Dan bergegas pergi tanpa pamit bersama deruh angin...
Inginku bercerita lewat alunan merdu nada tak beraturan, tapi perasaan benci lebih kuat dari Rindu, terlalu tangguh untuk di kalahkan...
Tak ada celah untuk rindu berbisik, hanya bisa terdiam tergenang dan terpaku di pusaran cangkir..
" Celotehku pada bibir pantai.. "
Maaf atas ketidak pulanganku, bu pak..
Minal adzi walfaidzin, bu pak..
Minal adzi walfaidzin, bu pak..
Komentar
Tulis komentar baru