Pada sebuah mimpi:
Sang kehidupan memainkan iramanya
Kadang sebuah harmoni, kadang pula dengan kekacauan
Ada yang tertawa-tawa
Ada pula yang menangis penuh kesedihan
Sang Pemimpin suka harmoni
Dengan begitu, dia bisa santai menjalani kekuasaan
Sementara yang dipimpin merasa terzalimi
Sebab berarti menambah beban penderitaan
Kalian bicara soal harmoni
Perut lapar kau suap dengan sinetron dan tontonan
Ijazah kami tidak pun kau hargai
Anak dan perempuan muda kau perjual belikan
Belum lagi, rumah-rumah kami kau lumpuri
Kaki-kaki penguasa yang runcing
Menindis badan kami, memeluk bumi
Bau kencing penguasa yang mengalir kencang
Menjatuhkan derajat bangsa kami diantara bangsa-bangsa
Wahai, penguasa yang berwajah tampan, berhati setan!
Apakah hatimu buta dan tuli?
Apakah ada akal sehat dan fikiran cerdas di otakmu?
Apakah ada martabat dan harga diri dalam wujudmu?
Sang fajar tiba
Harmoni menjadi keresahan
Kemarahan menjadi protes
kumpulan menjadi partai
Akhirnya, aksi menjadi pemberontakan
Aku bertanya; Apakah mimpi mampu membawa turun "roti" dari langit?
Jawabku: Tidak! Roti dibuat di pabrik, dengan tangan dan ketrampilan
Perubahan lahir dari tangan –tangan kaum pejuang dan rakyat
Dia adalah karya agung dari setiap peradaban.
(Tebet, 30 September 2009)
Memeluk Mimpi
- 3530 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru