Secangkir kopi mengepulkan kehangatan
dalam lorong jiwa yang kelam.
derap langkah kaki orang berdatangan,
melihat sepintas, lalu mencibir ringan
Dulu, aku gula tanpa semut,
daya tarik tak menarik,
berada dalam remang ku mengangis
merindu hadirmu wahai sahabat
memelukku dan mengerti dukaku
mendengarkan dusta terlontar
melihat buta berangan
namun kamu setia hadir saat mereka menyingkir
kini, aku garam dalam laut
membaur bersama keriuahan dunia
mentertawakan kehidupan sepi mereka
dengan asap rokok mengepul
ku sendiri tanpa pondasi
tak mengerti yang kutertawai
tak paham aku yang kutangisi
hanya karena aku
lupa siapa diriku ini
Komentar
Tulis komentar baru