Kita yang tercegat di simpang itu, melorong sangsimu bercermin ke bilah pisau.
Kau yang melengkung ke pinggir mata, sedangkan aku melaju ke runcing tikam.
Dan degarlah maut yang perayu itu, selalu saja mengarah tingkah ke segala tamat.
Ditawan lamun yang tua, menyayatmu kering di sepanjang timbang sembilu.
Sedang cewang menawar kenang segala pengalaman, menyebabkan gamang segala tuju.
Dan kelahiran yang memawar di bingkah kemarau, mengundang risau ke bilik amanat.
Aku sudah! Dan kau, kapan mengiris simpang! Atau
tetap memeram ruyung di hulu jantungmu!
Padang, 251211
Komentar
Tulis komentar baru