Skip to Content

Purnama Sendang

Foto Pandhu W Saputra

 

Malam datang di tepi sendang, 
Seorang bocah duduk bersama mamaknya 
menanti kail bergoyang 
Entah apa yang mereka pancing 
Mungkin binatang mungkin bintang

Laki laki kering itu mulai bercerita 
Tentang ibu renta, yang memahat kayu 
Dengan sebuah paku, atau kuku 
Lambat melambat kian khidmat 
Menjadi sebuah kapal besar

Kapal itu ditukar pada seorang saudagar, 
dengan sebongkah batu, mungkin batu Sisifus, 
atau bongkah kepala berhala bisu
yang dipalu Ibrahim

Senja itu, kapal pun berangkat  
Seseorang yang maha asing berbisik 
“Sudikah kau pinjamkan kapalmu,
banjir besar akan datang”
“Maaf, aku lebih suka pergi ke negeri Musa,
menyelamatkan raja yang hendak tenggelam
dengan kereta kudanya”

 
Di waktu lain, kapal bergerak di bawah rembulan 
Menampung puluhan mata garang di haluan 
Yang melempar seseorang katanya pembawa petaka 
ke laut. Konon, seekor ikan raksasa yang penyedih
menyelamatkannya

Hingga di musim yang hangat, gunung es 
menundukan bahtera itu dan kejumawaan, 
untuk menjadi roman ternama. Meninggalkan 
puingnya damai abadi di dasar Atlantik utara

Sang bocah pun terdiam, menyelam 
larut cerita, dalam purnama sendang

Tiba-tiba umbul bergerak masuk kedalam hening air 
Menimbulkan gelombang bagi anggang-anggang 
bagai sebuah sihir yang memukau. Bocah itu tersentak 
Sekejap mata ditariknya joran, memecah malam 
“Hore...lihat  Mak dang lihat,
Aku dapat Titanic ” kata sang bocah 

Si laki-laki memandang dalam 
Diam hingga angin melamban
“Itu bukan Titanic, itu kapal Malin kundang”

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler