Malam datang di tepi sendang,
Seorang bocah duduk bersama mamaknya
menanti kail bergoyang
Entah apa yang mereka pancing
Mungkin binatang mungkin bintang
Laki laki kering itu mulai bercerita
Tentang ibu renta, yang memahat kayu
Dengan sebuah paku, atau kuku
Lambat melambat kian khidmat
Menjadi sebuah kapal besar
Kapal itu ditukar pada seorang saudagar,
dengan sebongkah batu, mungkin batu Sisifus,
atau bongkah kepala berhala bisu
yang dipalu Ibrahim
Senja itu, kapal pun berangkat
Seseorang yang maha asing berbisik
“Sudikah kau pinjamkan kapalmu,
banjir besar akan datang”
“Maaf, aku lebih suka pergi ke negeri Musa,
menyelamatkan raja yang hendak tenggelam
dengan kereta kudanya”
Di waktu lain, kapal bergerak di bawah rembulan
Menampung puluhan mata garang di haluan
Yang melempar seseorang katanya pembawa petaka
ke laut. Konon, seekor ikan raksasa yang penyedih
menyelamatkannya
menyelamatkannya
Hingga di musim yang hangat, gunung es
menundukan bahtera itu dan kejumawaan,
untuk menjadi roman ternama. Meninggalkan
puingnya damai abadi di dasar Atlantik utara
Sang bocah pun terdiam, menyelam
larut cerita, dalam purnama sendang
Tiba-tiba umbul bergerak masuk kedalam hening air
Menimbulkan gelombang bagi anggang-anggang
bagai sebuah sihir yang memukau. Bocah itu tersentak
Sekejap mata ditariknya joran, memecah malam
“Hore...lihat Mak dang lihat,
“Hore...lihat Mak dang lihat,
Aku dapat Titanic ” kata sang bocah
Si laki-laki memandang dalam
Diam hingga angin melamban
“Itu bukan Titanic, itu kapal Malin kundang”
“Itu bukan Titanic, itu kapal Malin kundang”
Komentar
Tulis komentar baru