Panggungnya adalah malam
Mimbarnya adalah keheningan
Kiyai Bukhori datang lewat kegelapan
Menerobos menggenggam cahaya
Zaman semakin edan
Yang gak edan gak bakal kebagian
Kiyai Bukori membuka majelisnya
Jamaahnya adalah kesunyian
Kini zaman semakin canggih
Yang jauh semakin dekat
Yang dekat tak kunjung merapat
Ada surga dalam genggaman
Ada neraka dalam genggaman
Tinggal pilih sesukamu
Surga atau neraka
Atau kau pilih keduanya
Sesekali bertamasya di surga
Jikalau bosan berjemurlah
Di pantai luas wilayah neraka
Menurut ramalanku ya menurutku
Kelak di titi mangsa duaribu tigapuluh
Zaman semakin transparan adanya
Transparan tanpa aling aling
Tidak ada rahasia yang perlu di jaga
Satu adalah milik semua
Anak anak lupa asalnya
Orang tua kuwalahan ngurus anaknya
Tertawalah!
Jika ramalanku lucu di nalarmu
Menangislah !
Jika ramalanku menakutimu
Lalu kau boleh bertanya
Lalu apa yang harus kita lakukan
Bagaimana dengan anak yang tak kunjung pulang
Anak anak yang kehilangan kitab tatakrama
Atau kita berhijrah menuju zaman bebatuan
Lepas landas tinggalkan zaman edan
Jangan!! Jangan!! Kau lakukan
Tetaplah di zaman yang edan
Bukankah setiap kita adalah anak zaman
Yang harus menikmati setiap meski edan
Ketahuilah di titimangsanya nanti
Ada obat selevel mujarab
Obat itu sejenis saringan
Untuk menyaring endapan toksin akhir zaman
Atau sekadar penawar efek mabuk akhir zaman
Saringan itu bukan sembarang saringan
Saringan itu adalah saringat (syari’at)
Saringat itu sejenis kitab tatakrama yang tiada
Saringat itu adalah sejenis mantra penentram jiwa
Kiyai Bukhori suaranya semakin lirih
Menusuk kesepian tinggalkan rasa perih
Kiyai Bukhori mengakhiri majelisnya
Panggungnya adalah malam
Mimbarnya adalah keheningan
Jamaahnya adalah kesunyian
Sarang, 29/04/16
Komentar
Tulis komentar baru