Rindu Mamuro
Akhirnya kau pulang juga.
Menjiarahi kampung
saat sawah-sawah itu belum kuning.
Lihat, langit juga masih kering.
dan para kerumun-pipit itupun masih selapar dulu.
Untung kau sudi pulang. Menjiarahi
kemarau batu yang masih bertengger di barat daya.
Mari, duduk di dangau bertiang lima
yang baru kutukangi itu.
Biar kita tontoni orang-orangan yang menari-nari
oleh suara gaduh si pengusir pipit.
Nyanyian kerumunan pipit itu.
resahnya menyayat. Menggugah rinduku.
Padamu,
dan pada sawah yang setia menunggu.
Ah. Para pipit itu.
anak-cucunya belum makan.
gentayangan, mondar-mandir mendemo tuhan.
Dengan cericit-cericit tangisnya.
terus berkoar, lapar,
saling memandang dengan mata-lapar bocah sipengusir pipit
yang peluhnya masih curah
mengairi pori-pori sawah yang belum menguning.
Samo, Sir. '16
(Binoto H Balian)
Komentar
Tulis komentar baru