Gulali dalam bui
Oleh : hafizhatin Juman
Segelas kopi hangat
pekat, menyongsong penat
Gulali dalam bui
manis…..
Memenjara domba berbulu tebal
Dingin enggan merasuk
Tiap genggaman raga penuh bantalan
Hantaman tak lagi ambruk
Kilauan permata tersuguhkan
rata semua derita
Apa perlu mengibas semua duga?
Tanaha ini akan mengaung long-longan yang sama
Tahan saja tenagamu, simpan untuk esokmu
Ketika kilau tak lagi berkilau
Ketika malam tak lagi menghitam
Engkau pun merayap
Mengais sisa-sisa semalam
Aku pun mendongak, mencari keadilan
Di manakah timbangan itu?
Tangis puteraku merengek susu
Merogoh kantongku, meraut cukup mukaku
Kau Menatap Palsu
Oleh : Hafidzatin juman
Jangan menerka-nerka
yang kau tahu hanyalah keruntuhan
dan setiap asa yang melambung, kau menatap palsu
kemudian…..
Kuukir lagi buih maaf
Desis-desis rindu berceceran, menarik lagi….
Kilauan mimpi cakrawala bersama bianglala
Ah! Dirimu enggan berlari
Harusnya aku yang memutar haluan hati
Melelehkan harapan dalam tiupan lilin semalam
Saat bayu membiru
Lembayung senja mencuri bayang
Tak akan lagi kutemukan asa itu
Seragam
Oleh : hafidzatin Juman
Kau mematung
dengan pakaianmu serupa bendera hampir kusut
Sekeping logam
Tertawa memekik asa
Kau bilang : “seragam”
Lirik matamu menghalau panah pergolakan
Yang nyaris tumpah
Kepalan tanganmu tak sempurna
Jika kau hendak menerkam stigma buta
Kayuhmu tak bebrbisa tiada peluru
Kau bergumam : “seragam”
Kelu, bibirmu mengambang
Matamu sayu
Kau pun tahu, seonggok kayu masih menari di atas tungku, emakmu….
Negerimu hanyalah tanah merah
Tak mampu memeras, kau tak mampu sekolah
Menyambutnya kau bicara, sebidang cita-cita ini
Hendak dibawa kemana, Mak?
Karangpandan, januari 2012
Dek
Oleh : Hafidzatin Juman
‘dek’
Kau memanggilku dengan kata itu
Hatiku bergeliat kecemasan, sukaku menerawang mimpi
Yang tak akan pernah
Kau hidangkan
Sekian lama, cukup memanah batu
Hanya puas dalam sembilu
Komentar
asyik ...
puisi keempat asyik juga
lebih padat, lebih menggoda hehe ...
ayo nulis lagi Atin ... :D
Tulis komentar baru