Di Pagi Redup Terang
Di pagi redup terang
Engkau berselendang riang
Pergi melenggang senang
Aku Tak Sanggup Memimpikannya
Gejolak itu pasti menyambar
Mengobar-kobar luar biasa
Membakar! Berkali-kali
Andai, Bukan Berandai-andai
Andai harus kehilangan sepasang
Tangan dan kaki, aku pun masih memiliki
Tubuh bersama kepala
Luka Lidah
: Syarifuddin Arifin
Panas dingin membara di dada
Anak negeri terlunta-lunta
Membaca Malam
Tanpa rembulan
Tanpa gemintang
--kelam
Tetap ada cahaya menyambar
waktu yang menepi di siang hari wajah keriting di warung kopi kau di sana membaca negeri melihat mendung bergulung kental hiruk pikuk dekadensi moral emak gila meracun anak-anaknya
diam menjadi temali yang kau simpul erat sebelum kau berucap, “aku dalam kesibukan mencari sepotong ayat yang hilang di pagi ini”
dan, dari kemarin aku tak menjumpai
waktu yang tak pernah sembunyi bergulir deras tak bermuara denyut hati di setiap detaknya bicara pada kehidupan kita
adalah hitungan menit dan detik ketika rambut menunas putih
mendung pecah terburai gerimis melukis wajah-wajah banjir melenggang ibukota
air sedengkul mainan keluh mengundang ngilu membiru basah-basah menguyup gerah
hujan tidak semusim datang
Komentar Terbaru