Api dalam sekam
damai yang berasap
bara yang tertutupi tumpukan sekam
dendam atau kebencian yang terpendam
Kala senja menatapku
dengan bola matanya yang syahdu
Aku mencarimu dalam kabut kemarau
yang menutupi keindahan langit senjaku
Hujan lebat sekali malam ini
Ku lihat engkau menuliskannya dalam sebuah puisi
Ciptakanlah sebuah puisimu yang indah tentangnya
Para pahlawan yang telah gugur itu
laksana daun-daun kering yang gugur
Kulihat laut kepedihan di matamu
Melahirkan kesunyian yang ombaknya mengalun tak henti
Melahirkan bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya
Didalam pengembaraanmu nan jauh
Sempat kau kirim kabar kepadaku
Sebagaimana angin berkirim kabar
Kepada awan sebelum menjadikannya hujan
Dibawah rinai hujan
Ku dengar engkau bersenandung
Terdengar seperti suara angin parau
Terdengar seperti suara resah sang kelana
Tidak langit, tidak juga bintang-bintang
Hanya bumi tempat kau berpijak
Tempat kau berpikir menjalani kehidupan
Seorang pelaut tua berada di bawah naungan senja
Berdiri di tepian pantai, menatap ke lautan lepas
Nun di kejauhan di sana terlihat langit mulai mengelam
Kulihat engkau
semisal sajak, puisi, amsal, atau apa pun namamu
berlumpur kata berbalut makna
berserak di sepanjang jalan yang kulalui
Komentar Terbaru