Jika berdengung suling panjang pada pukul 6 pagi
aku bergegas mandi, kemudian berjalan menuju ke sekolah
setiap kali melewati puncak bukit itu aku selalu berhenti sejenak
Kau seorang pengembara, hamba yang selalu mencari
hidupmu berjalan dari buaian hingga ke liang kubur
ada banyak arah jalan yang dapat kau tempuh
Di awal musim penghujan, suasana perkebunan sawit menghijau indah
rerumputan rebah di jalan setapak tampak mulai tumbuh berdiri
Malam panjang remang-remang
Sebuah syair kutuliskan untukmu
Seluruh perasaanku tercurah bagai hujan
Bait per baitnya kutuliskan dengan hati terbuka
Pintumu senantiasa terbuka, hanya dengan satu seruan
di depannya ada jaring penghalang serangga yang ingin masuk
Siang hari, ribuan kumbang mendatanginya
Sebuah makna lahir karena adanya perbedaan dan harapan
ia hanya dapat terlihat ketika diri dalam keadaan jernih hati dan pikiran
Ketika aku masih kecil, siang hari seusai jam sekolah
ku habiskan jam-jam riang, bermain bersama teman-teman
Dulu, saat pagi merekah
ku lihat langit merah jingga di atas talang ubi
kutilang dan merba berkicau riang dari pohon ke pohon
Ku kenang jalan setapak masa silam
Ku patahkan reranting rimbun penutup kenangan
Ku dengar bisik-bisik di hati yang dahaga merindukanmu
Tercipta puisi karena cinta dan keindahan
menggores pena karena arahan hatimu
dalam gulungan ombak keduanya menyatu
Komentar Terbaru