Ketika aku masih kecil, siang hari seusai jam sekolah
ku habiskan jam-jam riang, bermain bersama teman-teman
Memancing di parit atau sawah, menjelajah hutan,
bermain bola atau bermain layang-layang di tanah lapang
Di musim penghujan, ketika kencang angin berhembus
daun-daun cerry berkilauan, mengusik burung yang kedinginan
Dengan paruh terbuka karena lapar, seekor anak burung kutilang
terbelalak matanya menatap perangkap yang kupasang
Burung-burung gereja mencicit terbang gelisah kesana-sini
di angin-angin rumahku, telurnya hilang semua
Jauh dari pelupuk mata, sebuah layang-layang putus melayang
menggoda hatiku ikut mengejarnya, meski hanya berlari kosong
Masa kanak, suka dan duka bercampur kental
merajut mimpi tanpa awal dan akhir
Aku melangkah ke masa kini
gerak waktu kehidupanku menuju garis batas pantai
Ku singkap jendela hatiku, seakan di masa kanak
menghabiskan waktu-waktu berlalu
Merenung, mataku membentur gerak ombak pasang menepi
aku seakan bocah anak suku laut, berenang bebas dan telanjang
Mengayuhkan kaki dan tangan di laut, berenang menentang ombak
dan membiarkan ombak menghempaskan tubuhku ke pasir pantai
Nun di kejauhan sana, lagu nyiur melambai-lambai mengalun di pantai
bergema suaranya hingga ke ruang yang ku kenal: ruang hati masa kanak!
Komentar
Tulis komentar baru