telah kutulis pesan keabadian untukmu
telah kusampaikan isyarat untukmu
dan kaidahpun telah sepakat
demikian pula hatinuranimupun seirama
tumbuhnya benih di tanah ini tidak bisa dipaksakan
meskipun musim hujan telah tiba
yang kita anggap segala biji akan tumbuh
untuk menampilkan kesejukan
serentak
Seperti batu, dia diam namun Ketika dilempar dia mematikan
Seperti batu, terlihat tidak berharga namun pasti dibutuhkan
rinai hujan pagi ini begitu meneduhkan
bunga dan taman tak butuh sentuhan tanganku
yang hampir tiap pagi kubelai dengan percikan air
namun di sisi lain
biarkan gemercik air dari pancuran itu terus berlagu
biarkan gesek daun bambu menemaninya
sambil menikmati cipratan air yang mematuk batu
jangan terlalu gusar
ketika keladi yang engkau tanam belum tumbuh
karena memang ia sedang menunggu saatnya
ia sedang menunggu musim yang tepat
ketika keletihan merayap pada sekujur tubuhmu
berhentilah sejenak sambil menikmati dinginnya malam
lepas kejenuhanmu meski hanya ada kelamnya mega
jika engkau memilih mengikutiku dan tetap bersamaku
peganglah erat keyakinanmu
karena aku akan melaju dengan sepeda ontelku
pada jalan licin, meluncur dan berliku
jika aku tak menyambut kehadiranmu
galau tetap menyelimuti setiap hirupan nafasku
dan jemarikupun tak lagi mengalirkan bait-bait puisi
kutulis nama-nama yang pernah menjadi kekasihku
kulukis wajah-wajah menawan yang pernah menjadi kekasihku
kukenang kekasih-kekasihku dalam puisi
Komentar Terbaru