Kalender Tak Bertanggal
Wajah keriting di warung kopi
Di sana aku membaca negeri
Gabak bergulung menggumpal kental
memandang jauh, menerawang di hamparan luas sawah leladang, benih yang tersemai di sepiring tanah impian, luruh dedaun kering, di guguh angin zaman
menarilah semaumu, segemulai angin meliukkan ilalang menjatuhkan embun di batang-batang hingga kering di dijilat matahari jelang siang kau bebas melenggang senang
:hujan di mata belum reda
palestina membara langit mendung merah meluruh mata air darah jatuh bagai anak panah melesat berhamburan menyambar dan menjarah bocah-bocah darah menganak sungai
sesiang ini geliat rasa menggoda
gigil melumat sendi-sendi di raga
kudiamkan amuk ini
dalam tafakur syukur
ku lafaz doa
asmaMu bergetar
menjelang ramadhan berkah ini
aku berhutang janji padamu tuan!
aku tersentak dalam kealpaan diri
duniawi melupakan segalanya
bias mentari memerah di kaki langit
bulan merayap penuh mendekap senja di pintu malam
ketika siang menatap langit yang membawa berkah nikmatMu
saat hijrahku melalang langkah
terbawa arung kembara panjang
dalam persinggahan di kota ini
sebuah kenang menyeruak tanya
masih ingatkah kau?
lihat lah di batas langit
setianya biru membingkai sepanjang masa
awan berarak tinggalkan jejak putih
tergurat indah bak fatamorgana
separuh waktu berlalu di pengujung rambu kehidupannya
separuhnya lagi hilang tidak membekaskan lelah
Komentar Terbaru