detikberdetakjantung belum meretaksederet jejakku, masih, di tanah keringrebah melati di pucuknya menggeletak pasrah
airnya menderas di atas tanahseakan mengingatkan luka hati dipanahengkau yang selalu bicara tentangnyatak usah lagi takut kehabisan
awan berarak kematian. cerobong terpatri tegak kaku, kepekatan asap tidak melebihi kemurungan tanah-tanah yang memang sudah tidak bernyawa.
Aku menelurusi pagi yang buta berusaha mendapatkan permata.
Aku menembus deras yang menusuk, untukmu yang kupercaya sebagai tulang rusuk.
Kan sudah kubilang berapa kali, aku tidak peduli,
mau dagumu sekarang dua atau tujuh sekalipun,
mau pinggangmu lurus atau berkelok-kelok,
aku ada pada tubuhmu
suhumu yang tak pernah sama
selalu menipu
sebentar hangat lalu sebentar beku.
Komentar Terbaru