Mazmur bagimu membubung
meninggikan dirimu mengatasi langit
di ruang berpintu kaca ini
kemuliaanmu mengatasi bumi
seberkas kipasan angin
meniup tengkuk
Abdi menghantar hati
membawa jiwa
menabur doa
Benarkah hati
sungguh terarah?
bukan terpukau
status sosial
Senja turun
rintih burung menyesali
angin kering yang cepat datang
perempuan itu menenun lagi
terlalu gerah menenun di kala siang, katanya
Senja berteduh.
Pada seraut hujan.
Tinggalkan tanda kehidupan.
Dan seraut ihsan dalam tidurku.
Pergilah fana.
Dan . . .
aku mendapati dalam sunyi
keberadaan waktu dan diri
hati yang terjaga dalam tulus
menguntai kalimat dalam keteduhan
Gryllidae menautkan nada
Bertambah tinggi mengikut
Suhu kota...
Yang laki memikat wanita
Dan menolak laki lawannya
Jam dinding...
Terus berdetak mengeliling
Tahu waktu mawas diri
Melirik sedikit mengawasi
Aku...
Tepekur disini
Terkapar terjebak
Rutinitas...
Langkah kendara nya adalah sejauh mata memandang
Seluas padang pasir yang terlihat tak berhujung
Berangkat dari kota kelahiran
Menuju al maqdis
jarum jam sudah bersidekap
tepat di angka dua belas
mendesir tanpa sepatah suara
mendesah tanpa selongsong doa
tuan, ada yang mesti kita
orang-orang yang bercocok tanam di tanah gersang
mencari kehormatan pada luas bidang tanah miliknya
Komentar Terbaru