Aku datang kepadamu
Mengetuk pintu-pintu kesunyian malam
Memohon untuk menjadi cawan anggurmu
Tempat kau tuangkan anugrah kehidupan
Kudambakan ia
Lihatlah lautan cahaya yang luas membentang
Gerak ombak-Nya yang tiada berpantai
Jelajahilah hingga jauh guna mengungkap tabir-Nya
Berjalan menuju ke kota sejuk
Jalan panjang harus kutempuh
Mengarungi lautan matahari
Panas membara membakar telapak kaki
Panas menyengat menusuk ke ubun-ubun
Aku tidak pernah tahu
kereta waktu seperti apa
yang telah membawaku hingga tiba ke detik ini
Cinta itu sepenuhnya bersemayam di dalam kalbu
Tapi aku si orang dungu mencarinya di dalam simbol-simbol
Ketika KAU nampak-kan kepadaku si anjing hitam
Aku punya banyak cinta
Tetapi hanya satu yang setia bagiku
Ketika yang lain meninggalkanku
Ia tetap setia disampingku
Menemaniku di dalam liang kubur
Jejak perjalanan anginku terhenti di ufuk fajar
Di bibir waktu ia menghilang dan rembulan menggigil di kejauhan
Kutulis suara dengan ludah tanpa alinea dalam daging; sebab “harus” diakhiri lewat akibat. Mati; bagiku titik Berhenti seruncing nafas, berhembus khianati nyawa. Hingga derai
Senggang mengenang luka.
Airmata pupuh menyungai ke jantung.
Tambo hinggap mengawan.
Mengumpul lalu jatuh derai berderai.
Kenang menggenang, sesenggang hari.
panggilan isak berkumandang meregang katakata
Komentar Terbaru