Skip to Content

Puisi Religi

ANGGUR SECAWAN

Aku datang kepadamu

Mengetuk pintu-pintu kesunyian malam

Memohon untuk menjadi cawan anggurmu

Tempat kau tuangkan anugrah kehidupan

 

Kudambakan ia

LAUTAN CAHAYA

Lihatlah lautan cahaya yang luas membentang

Gerak ombak-Nya yang tiada berpantai

Jelajahilah hingga jauh guna mengungkap tabir-Nya

Ujian atau Cobaan

Berjalan menuju ke kota sejuk

Jalan panjang harus kutempuh

Mengarungi lautan matahari

Panas membara membakar telapak kaki

Panas menyengat menusuk ke ubun-ubun

KERETA WAKTU

Aku tidak pernah tahu

kereta waktu seperti apa

yang telah membawaku hingga tiba ke detik ini

 

Aku tidak pernah tahu

TERTIPU CINTA

Cinta itu sepenuhnya bersemayam di dalam kalbu

Tapi aku si orang dungu mencarinya di dalam simbol-simbol

Ketika KAU nampak-kan kepadaku si anjing hitam

CINTA DIATAS CINTA

Aku punya banyak cinta

Tetapi hanya satu yang setia bagiku

Ketika yang lain meninggalkanku

Ia tetap setia disampingku

Menemaniku di dalam liang kubur

DUA PERTIGA MALAM

Jejak perjalanan anginku terhenti di ufuk fajar

Di bibir waktu ia menghilang dan rembulan menggigil di kejauhan

 

TELANJANG

Kutulis suara dengan ludah
tanpa alinea dalam daging; sebab “harus” diakhiri lewat akibat.
Mati; bagiku titik
Berhenti seruncing nafas, berhembus khianati nyawa.
Hingga derai

LUKA MENGADUH BERALAMATKAN TUHAN

Senggang mengenang luka.

Airmata pupuh menyungai ke jantung.

Tambo hinggap mengawan.

Mengumpul lalu jatuh derai berderai.

Kenang menggenang, sesenggang hari.

Sajak Tubuh dan Ruh

panggilan isak berkumandang meregang katakata

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler