Jejak perjalanan anginku terhenti di ufuk fajar
Di bibir waktu ia menghilang dan rembulan menggigil di kejauhan
Di dua pertiga malam embun bertabur di angkasa dan bernyanyi
Di laut mataku, di dalam sanubariku ia mengabut pekat
Pada ilalang rebah embun bergelayut lemah menanti pagi
Menatap was-was pada bangkitnya sang mentari
O Jam-jam penuh penantian, waktu pun bagai pedang
Detik per detiknya berdetak menuju kematian
Waktu untuk mengeja apa yang terbuka di rumah cahaya
Aku bagaikan embun yang menyesali kepergian malam
Komentar
Tulis komentar baru