apa yang harus ku katakan pada bangsa ini ketika permadani yang dulu terhampar menghijau kini tersekat-sekat bongkahan beton yang sengaja dijejerrapihkan!
Beratus tahun sudah kupaham-pahamkan jerat jahil yang sabar kau tebar di selingkup kampung kami yang menggelinjang dirangsang tabu demi tabu. Indah nian jerat jahilmu menjerat kami, warga kampung yang lugu, untuk bangga berjahil dan risih tersisih jika tak jahil. Sungguh jahilmu itu telah mendedah dan mengubah tabiat kami, adat kami, darah merah kami.
Lewatlah Jembatan Keledai jika ingin singkatkan perjalanan. Demikian petuah tua para tetua kampung bagi kami-kami yang sering tersesat menempuh jalan pengembaraan. Sungguh sangat singkat dan ringkas jalan para kelana jika menikung lurus dan menapak tulus lewati Jembatan Keledai.
MENAFSIR kembali sejumlah puisi yang ditulis oleh penyair cum pelulis Jeihan Sukmantoro, memberikan kesadaran baru dalam benak saya. Kesadaran itu adalah, bahwa daya kreasi Jeihan dalam menulis puisi bekerja dalam dua jalur.
Komentar Terbaru