Mengira jejak-jejak pasir putih pemandu gelapnya senja
ke manakah daun kering melayang pergi
ketika ranting dijenguk mati?
adakah Sebentuk datang
ketika hati merasa bimbang?
secawan rindu kuenyahkan terlempar lesu dalam kubang jalanan minaret itu tak lagi tegak keberadaannya membuatku pekak sudahi, aku sedang tak inginkan hirauan
kau sedang apa Lamis? tanya ibu. Ada kelu dalam kalamnya, pandangannya menggigit ulu hatiku. “Lamis tak tahu bu, Lamis pusing...Lamis ingin tidur" jawabku.
kau sedang apa Lamis? tanya ibu. Ada kelu dalam kalamnya, pandangannya menggigit ulu hatiku. “Lamis tak tahu bu, Lamis pusing...Lamis ingin tidur" jawabku.
Mungkinkah sastra memiliki kemampuan dalam membentuk peradaban Islam yang penuh cinta? Tema ini oleh kalangan tertentu dianggap sebagai simplifikasi persoalan dan terkesan mengada-ada lantaran bagi kalangan tertentu, sastra tidak ada kaitannya dengan peradaban, apalagi masalah keislaman. Bagi kalangan ini, sastra seharusnya disunyikan dari kepentingan apapun, termasuk kepentingan peradaban. Cukuplah sastra untuk sastra.
Ditemukannya bayi di bak sampah di ujung jalan kampung itu membuat heboh orang-orang kampung. Bayi itu masih merah dan masih dipenuhi darah. Tampaknya baru beberapa jam saja dia hadir di muka bumi. Gerakan tubuhnya yang halus menandakan ia masih hidup. Keyakinan itu mendapat jawab pasti ketika terdengar lengkingan tangisnya.
Komentar Terbaru