Skip to Content

September 2024

Jerit Bumi yang Terluka

Langit memerah di atas tanah yang terkoyak,
Jerit duka mengalun di antara puing-puing rumah,
Bumi Palestina menangis dalam sunyi,
Di bawah bayang-bayang kekejaman yang tak terperi.

Rindu yang Tak Tersampaikan

Di pelukan malam yang sunyi, aku merindu,
Mata terpejam, namun bayangmu kian menjauh,
Angin menyapa, bisu tanpa kata,
Aku bapak yang tertinggal dalam sunyi tanpa cahaya.

Negeri Yang Terluka

Di tanah yang dulu megah berwarna,
Negeri membentang, kaya raya bersuara,
Namun di balik gemilang sinar mentari,
Akar busuk tumbuh tanpa henti.

Hari-Hari Terakhir Para Tiran

Di istana megah, mereka tertawa,
Kekuasaan di tangan, dunia di bawah tapak.
Fir’aun mengira dirinya dewa,
Namrud bangun menara menembus langit yang pekat.

Fufufafa

Bermanuver di kanal Kaskus

Kode yang Terbuka, Langit Tak Berbatas

Kode yang Terbuka, Langit Tak Berbatas

Mata-mata di Balik Layar

Mata-mata di Balik Layar

Emas dalam Butiran Bit

Emas dalam Butiran Bit

Di balik layar hening,
Menyelinap arus tak kasat mata,
Tiap bit yang kita tinggalkan,
Adalah butiran hitam yang membara.

IBU, BAGAIMANA AKU HARUS BERBAKTI

Paradoks di dalam hati Iqbal telah begitu mengkristal. Paradoks antara harus berbakti kepada ibu dan perlakuan ibu yang kurang sayang terhadap dirinya yang telah dialami sejak kecil. Entah sejak kapan ia tak menerima rasa kasih sayang dari ibunya, yang jelas semenjak ia ingat hampir setiap hari tak ada hiasan yang ia terima kecuali bentakan ibunya.

Dialog Entitas Dua Alam

Dialog Entitas Dua Alam



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler