Skip to Content

KWARTET RINDU Ifa Lilik Suyatmi dan Cahayati

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

KWARTET RINDU

IFa, Lilik, Suyatmi, dan Cahayati

 

Selain kesamaan mereka sebagai wanita keempat orang ini mempunyai kegemaran yang sama yaitu senang menulis. Menghadapi tantangan menulis puisi dalam bentuk 4334 usaha mereka sama kuatnya, sama gigihnya. Saya tidak tahu siapa yang merasa berat atau ringan menghadapi tantangan ini. Kalau melihat hasil tulisan mereka tampaknya Cahayati agak lambat lebur dalam bentuk tersebut.

 

Bisa juga Lilik dan Suyatmi yang harus mengerutkan kening memilah kata yang akan dijadikan puisi menumpahkan rindu mereka.

 

Beda dengan Ifa yang tampak tidak terlalu lama berkutat memenuhi persyaratan dalam menulis 4334. Ifa relatif lebih cepat.

 

Cepat dan lambat mereka tentu saja dipengaruhi latar belakang pengalaman mereka dalam membaca.

 

Tulisan saya kali ini ingin mengantarkan 4 puisi mereka. Saya salin masing-masing satu. Dari tulisan ini kita bisa melihat mana di antara mereka yang lebih tajam.

 

Selamat membaca

 

Kotabaru Karawang, 28 Maret 2021 0703

 

 

 

LAYANG-LAYANG  Ifa Arifin Faqih 

  

Membaca angin membelah awan 

Memanggul mendung menadah hujan 

Angin berputar ikuti halauan; melayang 

Meliuk berputar mencuri pandang 

 

Layang-layang putus terbuai

Terkoyak, kuyup terburai

Patah raga jiwa terkulai

 

Kemana arah membawa pulang

Layang-layang kini terbuang

Ceritanya dianggap usang

 

Layang-layang tinggalkan kenang

Tiada angin membelai sayang

Merunduk menggenggam pilu

Diri tersungkur mengeja rindu

 

Probolinggo, 14022021:08.32

 

 

AKU DAN KERINDUAN Lilik Puji Astutik

 

Pagi masih menyunting rembulan

Embun masih mendekap mesra dedaunan

Angin semilir pecahkan kesunyian

Langit berhias indah cahaya keemasan

 

Gigil pagi hadirkan rindu yang sepi

Rindu yang tak bisa dipahami

Rindu yang begitu menyiksa hati

 

Mengapa aku harus memuja

Bila semua akan berakhir pada lara

Menyiksa jiwa hingga harus berteman derita

 

Pagi masih menyunting rembulan

Seperti dirimu yang selalu dalam angan

Memuja tak pernah memiliki

Hingga raga ini melayu sebelum mati

 

Krian 15 Maret 2021

 

 

PERJALANAN MENCARI ARTI Suyatmi

 

Angin selalu setia menyimak curahan rasa

Sembari mengusap membelai jiwa

Dengan hembusan semilir sepoi

Menyentuh sukma hingga sejuk terbuai

 

Malam selalu setia menemani sepi hati

Dinginnya menyeka memeluk lalu berbisik

Resah gelisah akan segera terlewati

 

Esok pagi mentari selalu setia menghampiri

Memberi kehangatan hati kala cemas mengusik

Membawa gundah ini sampai pujaan hati

 

Senja pun menyambut dengan gembira

Awan jingga tersenyum menyapa

Mengantar sampai alam mimpi malam nanti

Dan setia menemani perjalanan memcari arti

 

Yogya, 05032021 13.35 259

 

 

BIOLA TAK BERSUARA Cahayati

 

Pupus sudah simponi nada

Hancur berkeping iramanya

Tak bisa kumainkan lagi

Serasa jemariku mati

 

Musnah angan sirna

Kau buat aku tak berdaya

Hilang segala daya rasa

 

Imajinasi terbunuh

Goretan jadi lumpuh

Baitku sirna tak berlabuh

 

Dalam pekat malam suram

Masih kugenggam

Biola tak bersuara

Serupa bidadari terluka

 

Candi Jawa Timur , 161524032021

Pilihan tampilan komentar

Pilih cara kesukaan Anda untuk menampilkan komentar dan klik "Simpan pengaturan" untuk mengaktifkan perubahan.
Foto Ifa Arifin Faqih

Masing-masing punya ciri

Masing-masing punya ciri khas
Ketajaman relatif tergantung bagaimana pembaca menikmati dan memaknainya

Kalau menurut saya, punya saya bagus
Karena saya bangga dengan karya sendiri
Namun tetap harus belajar lebih baik lagi

Seperti karya Aby

????????????

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler