Skip to Content

Cinta dan Cita

Foto Ilham pasawa

Senja itu begitu indah, apalagi setelah kamu datang membawa cinta - cinta. Yah, meski aku belum tahu betul apakah kamu benar-benar memiliki perasaan yang sama terhadapku. Ah, kamu benar-benar lebih rumit dari teka - teki yang paling rumit.

 

Malam itu ku paksakan diri untuk menyambangi rumahmu. Ku pupuk segala keberanian yang ada untuk menemuimu. Aku berharap kau tampil dengan pesona terindahmu yang lebih mempesona dari keindahan super moon. 

 

" Rahmah " panggilku kala kau membukakan pintu

" Zaid, apa kabar " tanyaku

Aku diam membisu kala menatap aura kecantikanmu. Sumpah demi apapun, kau benar-benar cantik malam ini. Dengan kerudung yang melambai sampai menutupi separuh tubuhmu. Kerudung berwarna merah itu membuatmu lebih bercahaya malam ini.

" Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu " balasku

" Seperti yang kamu lihat, aku sehat " jawabmu 

Lalu kau memintaku untuk duduk di ruang tamu. Kau menyuguhiku secangkir kopi yang ku harap kau buat dengan cinta. Ah, hayal ku semakin besar terhadapmu.

" Jarang sekali kau datang akhir - akhir ini, Zai " tanyaku

" Aku sedang sibuk akhir - akhir ini. Mengurusi pementasan yang sebentar lagi " jawabku mengelak

Sebenarnya aku malu untuk datang ke rumahmu. Sebab aku tahu kau sedang dekat dengan temanku. Dan aku tahu jika temanku memiliki perasaan yang besar terhadapmu juga berencana untuk menjadikanmu istrinya. Itulah alasan sebenarnya Rahmah. 

" Pak sutradara memang selalu sibuk " katamu meledek

" Kesibukan yang didasari hobi memang membawakan kepuasan ilahi " jawabku

" Kau memang paling bisa " jawabmu dengan tambahan sedikit senyum manis yang menggoda.

" Dimana ibumu? " Lagi - lagi ku melontarkan pertanyaan padamu.

" Itulah, kau jarang sekali main kesini. Sehingga kau tak tahu jika ibuku sedang umroh "

" Oh ya? Sejak kapan? " 

" Sejak Senin kemarin, Zaid " 

Oalah, berarti malam ini hanya ada aku dan kamu di rumah ini. Rahmah, jarang sekali aku mendapatkan kesempatan indah semacam ini.

" Lalu kau hanya sendiri di rumah "

" Berdua " jawabmu

" Berdua ? " Aku heran

" Yah, denganmu " jawabku sambil tertawa kecil.

" Bisa saja kau, bagaimana hubunganmu dengan Sulton ? " Tanyaku penasaran

" Biasa saja, sulit bagiku untuk memberikan perasaanku kepadanya " jawabmu

 

Oh ya, benarkah ucapanmu itu. Jika benar aku senang sekali sebenarnya. Tapi di satu sisi aku merasa iba kepada Sulton, pasalnya ia sangat mencintaimu. Andaikan kau tau itu.

 

" Tetapi ku dengar kau baru saja pergi berlibur bersamanya kemarin ? " Tanyaku

" Yah benar. Karena jika mengajakmu kamu belum tentu bisa. Kamu kan sedang sibuk jadi Sutradara " 

 

Oh, benar kah itu. Kenapa kau tak bilang. Ah percuma saja sekalipun aku bisa aku tetap tidak bisa.

" Kau tak pernah bilang, kau kan datang kepadaku hanya saat kau susah " tukasku

" Tidak seperti itu " setelah itu kau diam saja, hampir seperti orang bisu. 

" Lalu, dari dulu kau memang tak perduli terhadapku "

" Itu hanya perasaanmu " jawabmu

" Bagaimana dengan perasaanmu "

" Biasa saja " 

" Dari dulu memang biasa " jawabku lagi

" Karena kau tidak meminta lebih dari itu. Aku takut jika lebih dari itu, hubungan kita akan menjadi tak biasa "

" Benar begitu. Aku lebih suka seperti ini "

" Lalu apa masalahnya? " Tanyaku

 

Masalahnya adalah aku masih mencintaimu. Dan kau tidak tahu itu. Sekarang keadaanya lebih sulit, aku meminta temanku untuk mendekatimu. Setelah ia memiliki perasaan terhadapmu aku sedikit menyesal telah melakukan itu.

 

" Tidak ada " jawabku singkat

" Benarkah? " Tanyaku tak percaya

" Benar " jawabku lalu kau mengangguk

" Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu " ucapku

" Bertanya? Bukankan kau selalu bertanya kepadaku "

" Kali ini berbeda " 

" Silahkan " ucapku

" Bagaimana sikapmu jika jatuh cinta kepada seorang wanita " 

" Biasa saja, aku tak lagi seperti dahulu. Aku lebih suka memendamnya "

" Dan itu kau lakukan juga terhadapku "

 

Rahmah? Apa maksudmu berkata seperti itu. Apakah kau sudah mengetahui jika aku masihencintaimu.

" Terhadapmu? "

" Kau cinta terhadapku bukan? "

Aku diam sebelum aku bilang " mungkin " kepadamu.

" Mungkin " tanyaku

" Yah, mungkin. Setiap kemungkinan itu ada. Mungkin aku jatuh cinta kepadamu. Dan mungkin perasaan ini hanya sekedar perasaan romansa remaja. Soal cinta aku tak bisa menafsirkannya secara sederhana, aku bisa bilang cinta ketika aku telah menghibahkan seorang wanita, cinta bukan sekedar permainan anak remaja. Cinta lebih dari itu. Kalau suka, yah, aku suka kepadamu. Tetapi cinta, aku belum berani mengatakan iya " jawabku

" Dewasa sekali jawabanmu "

" Kalau kita berjodoh bagaimana? " Tanyaku yang tiba - tiba

Kau diam saja, apakah kau tak ingin bersamaku menjalin rumah tangga.

" Jika Tuhan telah berkehendak aku bisa apa?, Aku belum berpikir sampai sejauh itu, aku masih ingin menyelesaikan kuliahku. Dan tentunya kau pun begitu bukan " 

" Yah benar, aku pun ingin belajar lebih dahulu. Menuntut ilmu dan membuat hobiku menjadi lebih berkualitas "

" Aku pun begitu, ketika kita sama-sama berkualitas "

" Maka kita akan menjadi pasangan yang pas " sambungku

 

Kemudian kau hanya tertawa, tak sadar kopi yang kau suguhkan telah habis. Dan tidak terasa waktu telah larut. Aku pun teringat jika aku ada rapat dengan para pemain. Oalah bersamamu aku bisa melupakan semuanya. Untung saja aku tidak melupakan Tuhan yang maha esa.


Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler