Skip to Content

Harsa sagara

Foto Muharomi

Akhirnya si pelaut tua memutuskan berhenti berlayar karena setelah bertahun-tahun kapal tua itu sekarang hampir karam. Air mulai masuk lewat lubang kecil di lambung kapal. Pelaut tua menyiapkan kanopi kecil dan bersiap mengemasi barang yang akan dibawa bersamanya. Dia sisir semua penjuru kapal lalu memilih barang apa saja yang menurutnya penting namun ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Pelaut renta itu bingung karena menurutnya semua barang penting, semua kenangan dari barang-barang di atas kapal mulai merasukinya sampai ia terjebak dalam memori.

 

Jutaan kenangan membanjiri ingatan, pelaut tua berenang-renang di terumbu kenangan barang-barang bak gerombolan ikan yang bergerak ke sana ke mari. Pak tua itu menyelam lebih dalam dilihatnya piring porselen peninggalan dinasti Qin. Dia tersenyum mengingat piring porselen yang bersejarah itu pernah dia gunakan untuk makan ketoprak bersama kesepiannya. Ia menyelam lebih dalam ditemukannya ukulele yang biasa ia gunakan untuk bersenandung pada puan rembulan, ketika ukulele digenjreng lumba-lumba akan melompat ke permukaan, penyu-penyu berdansa bersama ikan marlin. Ada juga kotak cincin kosong berwarna merah yang ia beli dari pasar loak pinggir pantai Malaka. Kotak itu tetap kosong bahkan setelah puluhan tahun benda itu tetap ikut terombang-ambing di lautan. Pada awalnya kotak cincin itu akan diisi dengan cincin berlian hasil jeri payah melaut untuk diberikan pada puan rembulan, namun pada bulan ke 14 malam rabu ia lihat puan rembulan dijemput seorang ksatria templar dengan kereta kuda mewah. Diajaknya puan rembulan melayang-layang bermain bersama bintang. Puan rembulan terlihat sangat bahagia sedang si pelaut hanya bisa memandangnya dari atas kapal niaga usang miliknya sambil mengelus kotak cincin kosong yang telah dibelinya.

 

Pelaut tua akhirnya tersadar dari lamunannya. Sekarang air laut sudah menenggelamkan setengah badan kapal. Akhirnya dia bergegas menuju kanopi, menurunkannya perlahan lalu bergegas pergi. Sebelum itu tidak lupa ia ambil beberapa barang yang bisa membuatnya tetap bertahan hidup. Setelah bergulat dengan masa lalunya akhirnya pelaut tua itu memutuskan untuk membawa pancingan dan ukulele. Pancingan ia gunakan untuk memancing ikan sementara ukulele ia gunakan untuk menyenandungkan balada kesepiannya, minimal nyanyiannya akan bisa menjadi pengantar tidur untuk puan rembulan dan anak-anak hasil hubungannya dengan suami gagahnya. Sisanya... Ia relakan tenggelam bersama kapal niaga tua itu. Semua barang, semua kenangan dibiarkan karam dan tenggelam. Pelaut tua berharap kapal itu tenggelam ke dasar laut paling dalam agar dia tak tergoda untuk menyelam lalu mengambil barang-barang dan serpihan-serpihan kenangan itu lagi.

 

"Aaah, lega rasanya... Sepertinya aku harus mencari kapal lain untuk berlayar, lalu mulai dari awal," ucap pelaut tua sambil terus mendayung perahu kecilnya. Semakin dia mendayung perlahan rambutnya kembali menghitam dan melebat, kulit keriput dan otot-ototnya kembali mengencang. Masa muda yang sudah dia lewati dengan kekangan kenangan akhirnya datang kembali setelah pelaut itu melepas semua hal yang mengekang dirinya selama ini.

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler