Skip to Content

Alun-alun kota Bogor

Foto Muharomi

Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke alun-alun kota Bogor. Sudah terlalu lama aku berkutat di kampung, sehari-hari hanya berangkat ke sekolah untuk mengajar setelah itu pulang ke rumah. Sesekali jika bosan aku bermain ke sungai untuk memancing ikan meski kadang hanya umpan yang kubawa pulang namun  menikmati senja lebih menarik dibandingkan mendapat hasil tangkapan, maklum memangnya apa yang bisa dilakukan seseorang yang masih melajang di ulang tahunnya yang ke tiga puluh?

Memandang senja mengingatkanku padamu, kamu yang semasa kuliah adalah ratu kampus dengan segala kegiatan organisasi dan kejeniusanmu kamu bisa memikat hati semua pria termasuk mahasiswa paruh waktu sepertiku.

Akhirnya aku sampai di alun-alun sebelah stasiun Bogor setelah satu jam setengah menaiki angkot. Bogor adalah kota sejuta angkot, bahkan ketika menyebrang menggunakan JPO, dari atas jalanan akan berwarna hijau muda dan biru, gradasi yang cukup indah pikirku jadi apa salahnya memanfaatkan salah satu privilage dari julukan tersebut hehe. Setibanya di sana seperti biasa lautan manusia memenuhi alun-alun, ada yang hanya duduk santai, ada yang bermain dengan sanak keluarga dan ada juga yang sibuk berjualan mainan anak. Aku datang sendirian sehingga aku masuk dalam golongan orang yang berduduk santai. Aku mencoba menikmati keramaian kota sambil membaca buku Srimenanti karya Joko Pinurbo penulis favoritku yang entah cerpen ataupun puisinya selalu diilhami oleh eltece.

Aku mulai menyelami buku Srimenanti sampai tiba-tiba seorang bocah lelaki yang kuterka berumur empat atau lima tahunan duduk di sebelahku sambil menangis.
"Ibu di mana yaa?... hiks," Ucapnya sambil mengucap mata.
Aku pun menoleh ke arahnya kulihat keringat membasahi peluh dan lehernya. Bajunya basah seperti habis tercebur ke dalam kolam.
"Adek kenapa? Kok nangis sih?" Ucapku sambil mengelus rambutnya yang basah.
Anak itupun bercerita sambil menangis sesegukan bahwa dia baru saja terpisah dengan ibunya. Nama anak itu adalah Jingga setelah itu kutanya juga alamat tempat tinggalnya namun dia tidak tau, ketika kutanya nama ibunya dia menjawab sambil menangis sehingga yang kudengar hanya nama 'Puspita'. Kutawarkan airku namun ia menolak, dia bilang ibunya melarangnya mengambil makanan ataupun minuman dari orang yang tidak dikenal. Aku memuji kecerdasannya lalu kuajak dia membeli air mineral di tukang minuman keliling.
"Naah sekarang Jingga liat deh, om beli air yang masih baru dan masih disegel berarti aman kan?" Ucapku sambil membukakan tutup botol lalu kuberikan padanya. Dia menyambut air tersebut lalu langsung meminumnya, setengah botol 300ml dihabiskan seperti orang baru selesai lomba maraton. Setelah itu aku membawanya ke pusat pengaduan sehingga bisa disiarkan ke seluruh penjuru alun-alun.

Ketika menunggu bocah itu kelihatan bosan jadi aku mengajaknya bermain di lapangan tidak jauh dari pusat pengaduan. Setelah agak lama bermain Jingga mulai bisa kembali tertawa lepas, senyumannya manis dengan lesung di kedua pipinya. Sampai tiba-tiba...
"Jinggaa!" Teriak seorang ibu dari arah belakangku
"Ibu?! Ibuuu!" Timpal bocah itu langsung menghampiri lalu memeluknya. Mereka saling berpelukan beberapa saat, aku senang melihat perjumpaan ibu dan anak ini.
"Maafin ibu yaa udah lalai ninggalin kamu tadi." Ucap si ibu
"Iya gapapa tadi itu salah Jingga juga yang pergi begitu aja pas ibu lagi pipis, untungnya pas tadi bingung Jingga ketemu sama om gendut!" Ucapnya sambil menggenggam tangan kananku. Sang Ibu berterima kasih dan demi menghindari suasana canggung aku pamit terlebih dahulu. Mereka mengantarku menyebrang JPO sampai aku memberhentikan angkot. Jingga masih menarik-narik tanganku namun ditepis oleh ibunya sambil tersenyum
"Jingga... mainnya nanti dilanjut lagi yaa, omnya udah mau pulang, soalnya udah sore..."

Akhirnya Jingga melepaskan tanganku lalu melambaikan tangannya sambil si ibu tersenyum ke arahku. Sebetulnya suasana canggung itu bukan tercipta secara tiba-tiba. Bagaimana tidak, Senja yang setiap sore kupandangi kini ada di hadapanku! Ya, kamu yang dahulu pernah jadi senjaku semasa kuliah ada di hadapanku. 

Kamu yang selalu dielukan semua orang di kampus. Kamu yang tidak pernah sadar bahwa ada aku yang selalu menikmati hadirmu. Bodohnya aku kenapa bisa tidak ingat bahwa Puspita adalah nama belakangmu? Aku merasa tidak pantas menjadi pengagum rahasiamu kalau begini caranya.
Aku duduk di samping sopir sambil melihat ke arah langit sore yang kala itu entah kebetulan atau tidak bisa sangat cerah dan indah. Wajar juga sih kalau kamu tidak mengenaliku, setelah lulus kuliah tubuhku membengkak dan aku menumbuhkan rambut di sekitar wajahku. Terakhir kali kita bertemu adalah sekitar lima tahun lalu yaitu saat wisuda di mana kamu dengan gelar cumlaudemu mendapatkan banyak sekali buket bunga. Beberapa temanku sesama mahasiswa banyak yang memberikanmu bunga bahkan ada juga dosen muda yang membuatkanmu banner ucapan selamat yang seharusnya kamu tau apa maksud dari perbuatan mereka. Lain halnya denganku yang hanya menyalami beberapa rekan mahasiswa yang bahkan tidak menginginkan wajahku terpempang pada album poto mereka. Semua orang ingin mengambil poto denganmu sampai membentuk antrian panjang, di sinilah kesenjangan mulai terasa. Aku yang ikut berbaris bahkan disikut oleh juniorku dari barisan padahal aku masih menggunakan toga. Semua orang ingin berpoto dengan latar senja paling indah dan cerah. Beberapa orang ada juga yang menemui orang tuamu entah hanya ingin memberikan ucapan selamat atau sengaja ingin setor muka pada calon mertua. Aku mundur perlahan, tak pantaslah aku bersanding denganmu. Beberapa bulan kemudian aku dengar kamu memiliki nomer baru lalu menghilang tanpa kabar.


Kembali ke lamunanku di angkot, kini semua kenangan itu mengalir dengan lembut dalam benak.
"Senja sudah menemukan langitnya, dan melahirkan jingga yang indah." Ucapku dalam hati sambil menghela napas pelan.

 

 


Cerpen ini adalah lanjutan dari cerpen berjudul "Ujian Akhir Semester Keterampilan Membaca" maka dari itu sebaiknya dibaca berurutan

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler