“Din ! bilangin ke mas mu, dia jahat ! jahat ! jahat !!“, siang itu tiba-iba saya luna sang primadona di sekolahku, melabrakku dengan kata-kata itu, bisa ku lihat ke dua matanya sembab seperti habis menangis semalaman, luna yang biasanya berpenampilan kece dan parlente, kali ini seperti habis di keroyok orang gila, rambutnya awut-awutan, make-up tebal yang sering membuat para siswa-siswa disekolahku tunduk padanya pun tak terlihat, ia seperti zombie tanpa make up.ada apa den gan luna ? kenap masku di bawa-bawa ?
itu episode luna, dua hari yang lalu episode baru lagi, seorang perempuan berdiri dip agar rumah, sesekali ia mondar-mandir tak karuan, waktu itu aku baru pulang sekolah perlahan ku dekati perempuan itu.
“mbak siapa yach ?”, tanya ku dengan nada halus.
“hem !! pasi adeknya bill yah !? eh ! bilangin ma kakak loe yah ! gak usah bermuka dua, ini ! gue balikin semua barang-brng pemberian dia !! “,aku masih terbengong-bengong sendiri, kalung, sapu angan, tas, bolpen, jepit rambut, bros, jam tangan. barang-barang itu berserekan di depan rumah setelah perempuan iu melemparkan kardus kecil ke arahku.
playboy !itu adalah kata yang sering di ucapkan “korba” dari mas bill, Ahmad Billaluddin Soesilo namanya, waktu kecil ia di panggil dengan sebutan bilal, namun beranjak dewasa mas hanya mau di panggil bill, menjadi adik satu-satunya bagi mas bill menjadikan aku dekat denganya, menurutku mas bill adalah laki-laki tampan, tinggi besar, kulitnya bersih, tutur katanya halus dan mas bill juga seorang yang jago tilawah. sepeniggal ayah dua tahun yang lalu menjadikan mas bill satu-satunya imam di rumah, jika ada kesempatan sholat jama’ah, maka mas bill adalah imamnya, aku dan bi’siti adalah makmumnya, bi’ siti yang telah lama menjadi pembantu di rumah terkadang masih menangis mana kala mas biil menunaikan tugas imam.
terkadang aku bertanya-tanya, ma bill memiliki kelebihan seperti itu namun di sisi lain julukan playboy begitu mengena di karakter mask u ini, pesona mas bill idak cukup di situ, di kompleks perumahan yang nota bene penghuninya adalah orang-orang berada, mas bill di tunjuk sebagai imam masjid sholat isya’, menurut mereka, pengeahuan agama mas bill lebih banyak dari mereka karena mas bill bacaan Al-Qur’annya bagus, tanpa mereka ketahui bahwa mas ku seorang playboy.
dan pagi iu…….
“ mas bill gak usah nganterin dini ke sekolah lagi !“,
“ loh ! kok gitu ? kenapa memang ? mas gak mau loh kalo dini naik angkot, sesek-sesekan, belum lagi tindakan kriminal di jalan raya semakin gencar loh din, mas hari ini gak ada kuliah, jadi mas punya waktu seharian nungguin kamu di sekolah“.
“dini bukan anak kecil lgi mas ! lagian dini risih kalo di tungguin sama mas bill seharian di sekolah“.
“yang dulu-dulu gk pernh keberatan, kok sekarang....lain“.
“ih.... mas bill gak ngerasa apa !? kemarin-kemarin mas berbuat apa sama luna, mas tau ! sekarang dia kena Anemia di bawa ke rumah sakit karena mas bill ngelukain hatinya dia, mas gak peka banget sih !! dini malu mas !!“.
“Oo....jadi maslahnya itu yah, okey.... sekarang adek maniss pengenya kaya’ gimana, mas turutin deh, tapi sebelumnya kasih mas waktu buat jelasin, okey ? dini tenang dulu yah....,jadi gini. pertama, mas gak kenl sama temen kamu yng namanya luna itu. kedua, mas gak rela kalo adek manisnya mas ini di hina sama orang lain. Ketiga.....
“maksudnya ? memang siapa yang menghina dini,mas !?“,
“ya....orang yang meras dirinya primadona di sekolah kamu itu, mas gak akan bilang dia menghina kamu kaya’ gimana, mas yakin kamu lebih tau perlakuan dia sama kamu dan teman-teman di rohis“.
Aku kemudian teringat beberapa hal, di sekolah persaingan antara OSIS dan ROHIS memang sangat ketat, luna adalah sekretaris umum OSIS yang selalu berupaya memanas-manasi suasana, tip kli ROHIS punya acara ia adalah orang pertama yang paling syirik dan sinis, apakah karena alasan itu mas bill memperminkn lun ? huh entahlah.
“ya sudahlah klo kamu tetap gk mu di anter sama mas, mas hanya menunaikan tugas dari wasiat ayah agar selalu jagain kamu, sampe’ mas lup kalo dini udah dewasa,“
“terus.... perempuan yang kemarin balikin barang-barang pemberian mas itu siapa ? pacar yang....
“Bukan.....bukan pacar dini....dia gak suka wanita berjilbab, otomatis dia gak suka dini dong, perempuan yang mau jadi pacarnya mas harus nyaman dan suka sama dini dulu, sejauh ini belum ada,“
“terus mas punya kesempatan buat mempermainkan mereka begitu ?“
“memang kesannya mas mempermainkan yah ? sudahlah, nnti kamu tau sendiri, jadi gimana nih ? berangkt sendiri atau....
“Di anter.....,“ujar ku dengan nada manja“
“hu...dasar, sekarang gak marah lagi ? dini jangan panggil mas playboy yah...mas kan ganteng...masa’ di bilang playboy,“
“sepengetahuan dini, playboy itu ganteng deh,“
“wah....dini baca buku pengetahuan gitu keluaran tahun berapa...? gantengnya mas buat dini aja, he he he,“
Dan selalu, selalu ada alasan dari mas bill untuk wanita-wanita yang merasa di permainkannya, pada akhirnya selalu bermuara pada satu alasan yaitu, Aku.dan karena merasa di hrgai.hanya saja....dalam hati kecil ku ingin sekali agar tak ada orang yang mengatakan mas bill playboy, Aku tetap berharap suatu hari nanti mas bill menemukan cinta sejatinya.
Selang beberapa hari aku komplain mengenai luna ke mas bill, kini si primadona itu sudah kembali lagi ke sekolah, tetap dengan penampilannya yang seperti artis itu, kabar terbaru ada yang bilang luna sudah punya pacar, aku lega setidaknya ia sudah lupa dengan mas bill.
Minggu pagi suasana rumah gempar, asalnya pagi-pagi iu ukhti-ukhti di ROHIS milih kediamanku untuk rapat bulanan harus di laksanakan di salah satu rumah anggota, alasanya untuk lebih mempererat silaturrahmi dengan keluarga ROHIS, la....sumber kegemparan terjadi ketika salah satu ukhti di ROHIS yaitu maya minta izin ke toilet, baru sekejap maya undur diri dari rapat, tiba-tiba erdengar suara histeris, kontan saja aku dan lainnya berdiri menuju sumber suara itu,kami semua kaget ! didepan toilet ku dapati maya duduk berjongkok sambil menutupi wajahnya dengan ke dua telapak tangannya, pandangan kami lalu berganti pada sesosok makhluk kucel di dalam kamr mandi, mas bill !! beberapa ukhti sampe’ istighfar melihatnya.
“sungguh din ! mas gak ngapa-ngapain teman kamu, tadi mas lagi bersihin bak mandi yang bagian dalamnya itu, otomatis mas masuk ke dalamnya dong, ya...teman kamu mungkin gak tau kalo di kamar mandi ada orang, mas minta maaf ya din... ,“
“kok gak di kunci sih mas !!“,ujar ku ngotot.
“sumpek adek manis... kamar mandi tamu ini udah lama gak di bersihin, kotorannya berjibun, tuh dini lihat sendiri kalo gak percaya,“
“mas bill ah !mh....maaf ya teman-teman, maafin mas ku juga ya,“maya sudah agak tenang, kami pun kembali ke ruang tengah yang menjadi tempat rapat, sempat ku lirik mas bill, ia masih nyengir kuda.
„maaf ya dek....,“kata mas bill dengan nada pelan.=_=
Malam itu mas bill menemui ku di kamar , wajahnya lain !tidak seperi mas bill yang periang dengan mata jenakanya yang sulit membuatku marah padanya.perlahan mas bill menggeser kursi di cermin riasku menuju sejajar di samping kursi belajar yang ku tempati, sejenak ku tatap wajahnya, ia tersenyum lembut. lama ku biarkan mas bill diam akhirnya aku jenuh juga.
“Dini udah gak marah sama mas bill soal maya kok ! dini gak bisa marah sama mas, mas bill ?! ih….kok diem aja si, aking ya !?”, aneh ! itulah yng ku rasa, ms bill semakin menundukkan wajahnya, kata-kataku bak angin lewat di telinganya, mas bill menghela nafas berat, ia lalu mendongakkan wajahnya padaku, mas bill yang periang terlihat sangat serius, mata jenakanya itu berubah sangat tajam menatapku.
“din...dini adek mas yang paling cantik, dini sudah 17 tahun kan ? sudah dapat ktp kan ? ah ! pertanyaan bodoh gak usah di jawab, jelas kerudung yang kamu pakai itu hadiah dari mas di ultahmu kemarin,“
mas bill mengacak-acak rambutnya yang gondrong, ia kembali menundukkan wajahnya, capek !
“sebenarnya apa yang ingin mas bill omongin sih ? gak biasanya deh ngomongnya berbelit-belit gini, Mm….biar dini tebak, pasti habis di labrak cewek ya! atau....hbis dimarahin ama cowoknya cewek yang mas gangguin, ngaku !?,“
“aduh dini...enough ya dek jangan bicara seolah-olah mas mu ini pengganggu wanita, gak se sadis atau se dramatis itu deh !,“
mas bill kali ini serius, ia bicara tanpa menatap ku, ku lihat kerut di dahinya bertambah.
“lalu ? kali ini dini gak akan nebak apa-apa deh..., dini hitung sampai tiga, kalo mas tetap diam kaya’ gitu,lebih baik mas bill keluar sekarang dari kamar dini, dini lagi ngerjain PR kimia nih !!,“
“idih.....dini itu memang di takdirkan gak bisa marah sama mas, marahnya jelek kayak gitu, PR apa ?kimia? sini mas kerjain semua, di jamin besok sebelum adzan subuh udah selesai, beres! tapi sekarang plis ya dini, dengerin curhat mas baik-baik nani dini kasih saran, Ok ?,“
“iya mas... ,“kali ini mas bill terlihat lebih serius dari ketika ia masuk, berulang kali ku dengar ia menghela nafas, ku lihat mas bill meremas-remas jari-jarinya yang mulai berkeringat, terakhir ia menggigit bibir bawahnya, lama...hingga terliha berwarna merah.
“kalo mas bill bilang...kalo mas bill saat ini sedang jtuh cinta, dini percaya gak ?,” ingin sekali ku katakan tidak, tidak percaya lengkapnya, pasalnya vocab jatuh cinta dalam hidup mas bill bukan sekaali dua kali dalam hidupnya, terkadang secara tiba-tiba ketika pulang kuliah, mas bill membuka pintu kamar ku tanpa salam dan berteriak “mas bill jatuh cinta din....“atau ketika makan malam ku lihat mas bill mengacuhkan makanan sambil memain-mainkan sendok dan garpu di atas piring, ku lihat ia senyum-senyum senbdiri dan ketika ku tanya, jawabnya adalah “love at the first sight din... ,“yang paling sering ku lihat yaitu ekspresi ketika mas bill mencuci mobil di pekarangan sambil bersenandung cinta-cintaan efeknya adalah ketika di panggil gak denger, budek sepanjang hari.
Tapi ekspresi mas bill kali ini lain, sebenarnya sudah dari pulang jama’ah isya’ tadi, tanpa ada angin, hujan, petir, ao konslet listrik di masjid, mas bill izin gak jadi imam, ia milih jadi makmum, habis sholat ia terlihat menunduk pasrah di kehadirat-Nya, sampai suasana masjid sepi ku lihat mas bill masih menunduk, sempat ku pikir mas bill ada yang gak beres di kampusnya, nilainya yang terkadang drop karena aktivitas nya di organisasi padat atau terkadang ia uring-uringan dengan ujian susulan karena mas bill ketinggalan karena lebih konsen di organisasi, tapi semua pemikiran iu terpatahkan.
“kok malah ngelamun ! percaya ndak nih...,“
“gini ya mas bill..., kayaknya mas bill lupa deh sama 1 hal, mas itu…udah sering banget ngomong jatuh cinta lah, cinta ini itu, cinta…
“Yup! sudah mas tebak, dini pasti sulit percaya bin gak percaya, tapi yang ini lain dini…kalo ketemu dini pasti langsung suka, dini banget deh orangnya, anggun ?pasti iu, cantik ?jelas, sopan ?aduh…adek manis…kalo jalan nunduk-nunduk, bicaranya halus, satu lagi, senyumnya itu, semua mahasiswa IPB pasti setuju kalo senyumnya itu indah,”
“hanya itu mas ?Agamanya, jilbabnya, pandangan hidupnya, kehidupan sosialnya, bacaan Al-Qur’annya ??,”
“Nomer wahid, mas jamin dini pasi kalah deh,”
“buruan di khitbah mas, Mm...pertemukan dini ma perempuan itu dulu bisa ?,“
“waduh.....ini nih persoalannya din,mas gak berani ngomong panjang lebar ma dia, sungguh din jika kamu tau dia....mas berulang kali kenal dengan cewek berjilbab, tapi dia lain...jika kamu tanya apa yang lain dia dengan yang lainnya, mas gak bisa jawab, mas hanya ngerasa bahwa tiap kali mas ketemu dia, seolah mas tidak ingin melihat cewek yg lain,dini....bantu mas dong de’....“
KADO UNTUK SANG MUALLAF
BY: Amaliyah ridho
Ini tentang saudaraku, namanya edwin emmanuel,tapi biasa ku panggil bang edwin.kami hidup berdua sejak 5 tahun yang lalu ayah dan ibu kami meninggal dunia dalam sebuah musibah.hubungan persaudaraan kami awalnya tidak begitu akrab, karena sejak umur 13 tahun hingga lulus SMA,bang edwin tinggal di jepang bersama paman dan bibi,mungkin karena alasan itulah bang edwin mewarisi hampir setengah dari watak orang jepang, dan yang paling menonjol adalah sifat apatisnya terhadap agama, aku tidak mengatakan bang edwin atheis bahkan bisa di bilang ia adalah seorang polytheisme(mempercayai banyak tuhan),tapi ada satu agama yang dalam prakteknya aku tidak pernah melihat bang edwin melakukannya,yakni islam.
Keluarga kami kebanyakan adalah penganut kristen taat, begitu pula......Aku, bahkan Alm.kakek adalah seorang pendeta,Alm.ayah adalah guru di sebuah SMA kristen di jakarta, sementara Alm. Ibu adalah seorang rohaniawan di sebuah rumah sakit di kawasan depok,aku sendiri sejak kecil di sekolahkan di lembaga kristen. Kehidupan keluarga kami benar- benra religious, kupikir bang edwin juga memiliki keyakinan yang sama dengan kami,amun sejak pertama kali menginjakkan kakinya di indonesia, aku tau abang ku seorang yang polytheis, ia bisa saja pergi ke wihara,ke gapura atau ikut misa natal di gereja, namun satu! Ia tidak pernah mendatangi masjid.
Bang edwin kini kuliah semester 6 di fakultas sastra UI, ia laki-laki yang ak,pintar,lincah,mudah bergaul dan meski ia sedikit kaku seperti orang jepang, namun aku menyayanginya karena ia memanjakanku. Beng edwin selalu merasa nersalah karena selama initidak pernah ada di samping ayah dan ibu,oleh karena itulah ia berusaha menebus kesalahannya dengan menjadi saudara sekaligus orang tua bagiku.
Kehidupan kami awalnya mengalir begitu saja, aku tak pernah berpikir untuk memaksa bang edwin mengikuti keyakinanku, kami hidup saling mengerti dan juga toleransi. Namun, semua berubah ketika awal 2006, ketika malam hari pulang kuliah, di depan pintu ku dapati bang edwin tubuhnya dingin dan gemetar yang luar biasa, berulang kali ku tanya ada apa gerangan, namun ia tak menjawab. Hari demi hari perubahan demi perubahan terjadi pada bang edwin, terkadang kulihat malam hari ia melamun,terkadang menangis ketika di TV di tayangkan aksi membabi buta serangan israel terhadap warga sipil palestina, bang edwin juga punya kebiasaan baru, hampir menjelang pukul 6 sore, bang edwin akan menyalakan TV dan memilih chanel yang menyiarkan azan magrib, ia dengan seksama mendengarkan sambil mencatat arti indonesianya yang tertera di bawah lafaz azan tersebut.bang edwin ku berubah!! Dan itulah yang kuraakan.
“bang, jeni boleh tanya sesuatu?,”malam itu, kutemui bang edwin yang tengah sibuk berkutat pada buku bacaannya’Islam:a short story’karya Karen Armstrong.
“iya dek, mau tanya apa?,”dua biji bola mata yang bening itu menatapku, aku sangat kaget sebenarnya dengan panggilan’dek’ itu, karena biasanya bang edwin memanggilku dengan jeni-chan(panggilan khas jepang untuk anak kecil), namun entah kenapa hatiku bergetar mendengar beng edwin memanggilku begitu, rasanya lebih nyaman dan hangat. Aku suka.
“Bang edwin sekarang belajar islam yah?kenapa islam sih bang!?,”tanyaku sewot.
“Kelihatannya aneh ya abang belajar islam?jeni gak ada masalah kan??,” seperti yang telah ku ungkapkan tadi, bang edwin berubah!bahkan nada bicaranya, cara dia bicara, semuanya terasa nyaman dan halus ku dengar, logat jepangnya yang tegas, singkat dan kaku seolah sirna.dan sekali lagi. Aku suka.
“Jujur ya bang.Mm............islam itukan agama teroris, agama yang penuh kekerasan, islam selalu membuat kegaduhan dengan aksi bom,islam menghalalkan poligami, islam ituagama misterius dan bla.......bla bla..........,”jujur memang, aku tidak suka bang edwin sibuk dengan pikiran barunya, dan malam itu ku plongkan sudah pendapatkutantang islam.Aku kaget! Kupikir bang edwin akan marah atau akan memotong pembicaraanku, namun hingga aku selesai ngomong, bang edwin hany diam dan....tersenyum, aku merasa aneh dengannya.
“Adek.......itu tadi kan pendapat kamu, sekarang mau nggak dengerin pendapatnya abang?mau dong......,”bang memandangku seperti anak kecil, beberapa saat kemudian ia menghela nafas dalam sambil mengatur posisi duduknya ia tersenyum manis pada ku.
“Islam tidak seperti yang kamu bayangkan tadi, islam bahkan bukan agama teroris, yang di sebut teroris itu karena sudut pandangnya bukan karena agamanya, kalo kamu gak percaya, abang tantang kamu baca buku-buku islam, kalo kamu menemukan bab atau bahasan bagaimana caranya jadi teroris di buku-buku islam, abang janji buat nraktir kamu sebulan penuh deh.....tempatnya terserah, asalkan murah he he ........,”
“Gak lucu!! Islam membolehkan perang, itu berarti islam adalah agama yang penuh kekerasan,”
“Laaa.....ini dia pandangan yang salah, kebanyakan orang terjebak di definisi yang universal kaya’ gini. Abang tidak tau pasti apa islam membolehkan perang atu tidak, tapi coba adek pikir, perang juga bisa berarti perang budaya, perang pemikiran, perang moral dan banyak.....sekali,namun satu yang abang tau, musuh yang wajib di perangi islam adalah kaum kafir,”
“Tau ah! Jeni bingung ngomong ma abang! Yang pasti jeni tetep gak suka abang baca buku-buku itu, abang sekarang berubah! Dan jeni gak suka itu. Titik!!,”Aku sebel, pertama karena aku tidak punya argumen balasan buat bang edwin, kedua bang edwin sendiri adalah orang yang pintar ber argumen, namun menjadi adiknya selama ini , aku tidak pernah sebel apalagi merasa malu dengan diriku sendiri waktu itu, bang edwin begitu tenang menyampaikan argumennya, namu ups! Sebenarnya ada satu hal penting yang ingi aku tanyakan pada nya, masih seputar islam, kira- kira.....apa ia telah menjadi seorang muslim? Pertanyaan itu timbul tenggelam dalam pikiranku, tipa klai ada momen bersama, aku inin sekali menanyakan itu, namun lidahku kelu, sementara mata ku tip hari, kian hari selalu menemukan banyak pemandangan berbeda dari diri bang edwn. Yang terbaru, ketika minggu pagi aku bersih- bersih kamar nya, di meja komputer ku dapati buku kecil, itpis dan tentunya asing bagiku denga judul bukunya, disana tertera IQRO’ jilid 1, apa itu iqro’?lain lagi, di sudut lain kamar bang edwin tepatnya di deretan buku-buku kuliahnya terdapat tumpukkan kaset CD dengan sampul bertuliskan NASYID, apa itu nasyid? Dahiku kembali berkerut melihat di bawahnya ada lanjutannya, Nasyid”SNADA”, nasyid IZZATUL ISLAM, nasyid”HIJAZ”,kupilih salah satu lalu kemudian ku setel di komputer bang edwin, sontak aku terkejut! Terdengar deru suara tembakkan, tangisan anak kecil yang kemudian terdengar alunan acapella dan syair-syair lagu itupun mengalun, aku merinding di uatnya.
Aku gerah!tambah benci,jengkel,muak dan semuanya!1bang edwin kini sering menasehati ku tentang rok sekolah ku, rambut hitam ku yang setengah ku semir coklat, tentang musik yang ku dengar, tentanng teman laki-laki ku, bang edwin terkadang tak segan-segan mengintrogasi laki-laki yang datang ke rumah, kemarahan ku memuncak, malam itu aku mogok makan, berulang kali bang edwin menggedor-gedor pintu kamarku berharap aku keluar.
“Ayo dong adek manis........,tega banget sih marah sama abang. Nonton konser di tempat terbuka kaya gitu apa manfaatnya sih?udah dingin,desak-desakkan, belum lagi tindak kriminal yangbisa aja terjadi,kena angin malam.lebih banyak ruginya, percaya deh sama abang,”
“Tapi jeni seneng.kenapa sih abang sekarang begitu over protective!?ngatur ini itu, bicaranya sering glantur, semua berubah sejak abang kenal islam !!,” Reflek aku mengatakannya, nukan maksud ku menghina suatu agama, tapi.....aku tercekat tak bisa menjelaskan. Bang edwin terdiam, ia berhenti menggedor pintu kamarku, apa ia marah? Suasana begitu hening, perlahan ku buka pintu kamar itu, pas di hadapanku ku lihat bang edwin menunduk seperti anak kecil yang sedang di marahi.
“Bang edwin tetaplah abangnya jennifer christin, tidak ada yang berubah, bang edwin tetaplah bang edwin, kalo abang berubah, itu karena abang menghendakinya, bukan karena islam.jen tidak tau kan betapa menderitanya abang selama ini?seperti hidup di sebuah perahu yang tidak memiliki nahkoda, terombang- ambing tiada pasti, kamu tau jen!?Abang mencari tuhan !! tuhan yang kamu sembah itu.........,”Bang edwin mengarahkan telunjuknya pada salib di kamar ku.
“ Bukan tuhan, abang! Bukan!! Di jepang abang pernah menangis di hadapannya, namun bagaimana mungkin dia bisa menolong abang sementara dia dalam keadaan kesakitan seperti itu!,”
“ Abang diam !!jeni bisa terima jika bang edwin seorang budha, hindu, konhucu. Tapi jeni berat menerima bang edwin menjadi seorang islam !! islam yang telah membunuh ayah dan ibi dan abang tau itu kan ??!,”
“ Orang yang mengebom gereja tempat dimana orang tue kita melakukan kebaktian memang orang islam, abang akui itu! Tapi jangan salahkan islam sebagai agam, semua agama mengajarkan kepada kebaikan. Abang tidak bisa menjelaskan secara detail kenapa jeni tidak boleh menyalahkan islam, islam adalah agama yang .........bla bla bla.........,”tak ku dengarka lagi apa yanag di kataka bang edwin, aku terdiam, meski sakit hait ini masih kurasakan, aku juga ingin membantah, tapi gemuruh di hatiku tak juga reda. Ingin rasanya aku berpaling masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat, namun aku kaku, bang edwin pun berpaling terlebih dulu dari hadapan ku.
“ Bang, ada satu hal yang begitu mengganggu dan telah ingin jeni utarakan,” kulihat bang edwin berpaling menatapku.
“ Kenapa abang begitu membela islam? Apa saat ini abang telah menjadi penganutnya ?katakan pada jeni, bang?,”
“ Menurut jeni? Apa abang sudah cukup pantas menjadi pemeluk islam?,”
“ Bukan masalah pantas atau tidak pertanyaan jeni bang. Tapi jika benar bang edwin telah menjadi pemeluknya, maka......maka saat ini juga....bang edwin bukanlah abangnya jeni,” bang edwin terkejut bukan main.
“ Jika karena alasan masa lalu, satu! Yang abang tidak bisa terima, kenapa kita harus hidup untuk mengingat 5 tahu lalu? Kenapa kita tidak hidup untuk sekarang dan masa depan?dengan membenci dan menghakimi islam seperti itu tetap tidak akan bisa mengembalikan orang tua kita!! Kenapa jeni begitu keras? Inikah yang disebut cinta damai dalam agamanya jeni??,” pertanyaan itu menohok ku.
“ Mulai besok jeni akan tinggal di rumah nenek, karena jeni tidak bisa tinggal dengan orang yang berbeda keyakinan dengan jeni, ma’af kan jeni bang.....jeni benar- benar minta ma’af,”
Aku hekat, hatiku telah mantap, yah! Pagi itu aku meninggalkan rumah, bang Edwin menatapku tak berdaya, seolah ingin menangis tapi tak bisa, seolah ingin menahanku pergi tapi ia tau betapa kerasnya aku. Semestinya pagi itu cerah, sejuk, segar, namun pagi itu adalah pagi tersunyi dan kelam dalam hidupku, keputusanku sudah pada garis finish, Aku pergi.
“Abang sangat sayang sama kamu, perlu kamu tau itu.sungguh !Abang tidak ingin menyakitimu dengan semua ini, abang berharap suatu hari nanti...jeni bisa menyaksikan keislaman abang,“hatiku sakit, ingin sekali ku katakan bahwa aku juga sangat sayang padanya, hingga detik keberangkatanku, entah kenapa aku tetap idak bisa berdamai dengan keadaan. Pagi yang sunyi....suara bising kereta akhirnya membawaku pergi pindah ke rumah nenek di bandung.
Ku kira dengan pindah ke rumah nenek aku bisa mendapatkan ketenangan, tak kubayangkan ternyata semuanya tambah runyam, polemik mengenai bang edwin telah menjadi pembicaraan hangat di keluarga besar kami. Aku di larang menghubungi bang edwin di jakarta, aku pun akhirnya di boyong nenek tinggal di batak.lengkap sudah penderitaan ku setelah alamat keluarga nenek di batak menjadi rahasia yang tidak boleh bang edwin ketahui, kami hilang komunikasi.
Setiap malam aku menangis, aku ingin berteriak keras, aku rindu bang edwin, aku ingin mengadu di hadapannya, bahwa aku ingin pulang ke jakarta. Kehidupan baruku di batak benar-benar tidak menyenangkan, aku merasa setiap gerak ku selalu di awasi, aku hanya bisa merasa bebas dan nyaman jika berada di sekolah, di sekolah baruku SMAN 7 pagi, aku menemukan banyak hal.siswa non muslim 2 muslim hidup berbaur tanpa ada batasan suku, ras, apalagi agama, mereka saling berbagi dan kehidupan toleransi mereka sungguh luar biasa , namun tetap saja, sekuat tenaga aku membahagiakan diriku, pada saat itu pulalah ada satu ruang kosong dalam hatiku yang berisi rindu pada bang edwin, tiap kali melihat teman-teman muslim di sekolahku, yang terlintas tetaplah bang edwin, bagaimana ia sekarang ??
2 bulan sudah aku berpisah dengan bang edwin, dan rindu itu pun tak jua reda. Akhirnya pertahanan ubuhku roboh sudah, nenek pun bersimpati padaku, sifat kerasnya luluh dan pagi itu beliau mendatangi kamarku.
“sudah baikan ?maafkan nenek jen..., nenek menyadari seutuhnya bahwa nenek salah! Tidak seharusnya nenek memisahkan kalian berdua dan membuat kamu menjadi seperi ini. Abangmu itu sudah dewasa, dia memiliki hak untuk memilih mana yang bisa membuat dia bahagia, pulanglah kamu ke jakarta, nenek tidak tega melihat kalian berdua seperti ini.“
“be bener nek ? benar jennifer boleh pulang ke jakarta ? terimakasih nek...,“
“satu lagi jeni, alasan kenapa mengijinkan kamu pulang, maaf selama ini nenek merahasiakannya padamu...tentang abangmu itu...dia....
“nek! Kenapa?! Ada apa dengan bang edwin ?bang edwin baik-baik saja kan nek ?! nenek merahasiakan apa sama jeni, olong bicara nek...,“aku setengah memaksa aku semakin heran kenapa nenek malah menangis ?!
selama perjalanan pulang ke jakarta, aku terngiang kata terakhir yang di ucapakan bang edwin waktu aku pergi dari rumah ia ingin sekali agar aku bisa menjadi saksi ke islamannya suatu hari nanti.dan aku telah melewatkan moment itu !nenek merahasiakan surat yang di kirim bang edwin ke alamat nenek di bandung, nenek merahasiakan padaku, bahwa 2 hari yang lalu bang edwin telah di wisuda, sendirian! Tanpa satu pun pihak keluarga datang sebagai wali! Hatiku pilu, mengingat bang edwin merayakannya sendiri, apakah ia menangis ?apakah ia merasa kesepian ?apakah ia merasakan betapa rindunya aku padanya ?aku menyesal! Bang edwin maafkan aku juga, maafkan ke egoisanku selama ini.
Cobaan tak berhenti di situ, sesampainya di jakarta, aku terkejut mendapati rumah yang kami tempati dulu sepi dan terlihat tak terurus, seperti telah di tinggalkan pemiliknya, ku liha debu dan sarang laba-laba di sekitar rumah, sementara yang ku tau bang edwin adalah orang yang menjunjung tinggi kebersihan. Aku celingukan sendiri mencari bang edwin.
“jeni yah ?!,“aku mengangguk ketika salah satu tetangga mengenalku.
“kemana saja ? rumah ini sekarang sepi, gak ada yang nempatin, abang kamu iu pindah ke depok,“
“pindah ke depok ?! rumah siapa mbak? La lalu kenapa abang pindah??,“
keterlaluan !! informasi dari tetanggaku mengatakan baha bang edwin pindah karena rumah tersebut di ambil alih keluarga ayah, bang edwin tidak berhak mewarisi apapun dari keluarga besar, karena ia telah di anggap mendustakan agama, benar-benar keji !!dalam perjalanan ke depok hatiku gundah di liputi beribu-ribu pertanyaan yang berjejalan di otakku. Ku hubungi berulang kali nomer hp bang edwin, namun tidak ada respon ! meskipun begiu aku bersyukur karena nomer hpnya masih aktif. Turun dari kereta aku di bingungkan kemana aku harus mencari bang edwin, sementara satu-saunya tempat di depok yang ku ketahui hanya kampusnya bang edwin. Universitas Indonesia, tanpa berfikir panjang aku pun kesana. Ketika hendak masuk ke gerbang kampus, hpku berdering. 1 sms masuk, aku terkejut ! di layar hpku tertera nama bang edwin, buru-buru ku buka sms itu.
“Assalamualaikum, maaf tadi tidak terdengar bunyi hpku karena lagi sibuk aktivitas kampus, kalo boleh tau anda siapa dan ada keperluan apa dengan saya ??“
perasaanku tak karuan menerima sms dari bang edwin, wajar ia idak tau no hpku, karena setelah loss contact aku menggani no handphone ku. Aku menelefonnya, tak lama di seberang terdengar suara itu.
“Assalamualaikum ? yang beberapa menit lalu nelfon yah ?,“oh tuhan... bang edwin ku.lama tak terdengar suara itu, aku seolah pangling, lembut dan syahdu mengalir di telingaku.
“wa wa’alaikumsalam ? ba bang edwin kah ini ?,“aku tak dapat membendung air mataku.ku coba untuk tegar, apa bang edwin masih ingat suaraku ? apakah ia masih marah ? apakah ia masih mengaggapku adiknya ?dan....apakah ia masih sayang padaku ? aku terdiam menahan tangis, sementara bang edwin berulang kali menanyakan siapa gerangan orang yang menelefonnya siang itu.
“Bang....bang edwin...ini jeni..., apakah abang masih ingat jeni ?,“air maaku semakin deras, aku menunggu jawaban itu.
“jeni adek abang ?Masyaallah jeni....sekarang kamu di mana ? bagaimana kamu bisa menelefon abang, sementara...
“jeni sekarang ada di depok !did epan gerbang masuk kampus abang, sekarang abang di mana ? jeni ingin ketemu bang,“
“jeni langsung aja menuju masjid kampus yang letaknya di samping danau di tengah universitas, atau unggu aja di situ, abang akan nyusul,“
“Tidak bang ! jeni yang akan menemui abang, bang edwin tunggu di situ,“
Ada semangat membara dalam hatiku, aku berlari tak perduli panasnya cuaca siang itu, suasana masjid benar-benar ramai, sempat minder aku memasukinya, yang perempuan berjilbab semua, aku seperti sosok makhluk asing diantara merek.sempat ku lihat satu kaum lelaki yang tengah duduk diserambi masjid, sekilas ku lihat wajah bang edwin, tapi tak mungkin karena bang edwinku tidak berpenampilan seperti mereka yang pakai baju muslim dengan jenggo tebal di dagunya, demi bang edwin ku buang jauh-jauh rasa minder ku. Beberapa mahasiswi menatapku aneh namun sebagian lagi ersenyum padaku, mereka terlihat ramah.
“jen...jeni...,“kulihat di serambi masjid, tepatnya di kumpulan laki-laki yang ku ceritakan tadi, ada sesosok laki-laki yang berdiri sambil melambaikan tangan, aku memincingkan mata namun ku sulit mengenalinya, benarkah namaku yang di panggil ? laki-laki itu keluar masjid dengan terburu-buru, ia berlari-lari kecil, ke arahku !! apakah itu bang edwin !?
“Dipanggil-panggil gak kedengeran yah ?ini benar adik abang kan? Jennifer ??,“ senyum iu....,benar senyum milik bang edwin, tapi bang edwin ku berubah !baju taqwa di padukan dengan celana di atas mata kaki, rambutnya yang dulu gondrong khas model orang jepang, kini di pangkas rapi, aku hampir tak percaya !bang edwin kini tidak lagi seperti laki-laki sampul majalah remaja, tapi ia benar-benar berubah dan ia terlihat bahagia dengan semua itu.
“kok malah bengong ! abang tambah cakep yah ?ya jelaslah,,he he he. Kumpul di sana yuk dari pada disini, panas. Udah jeni saying….jangan bengong terus, ayo ?”
Dengan bangga bang edwin memperkenalkan aku pada eman-temanny, sebagian dari mereka ak percaya, mungkin dalam fikiran mereka, seorang edwin yang berpenampilan islami begitu, bagaimana bisa memiliki adik yang seperti seorang berandal. Sesi perkenalan selesai, akhirnya aku dan bang edwin duduk berdua, kami terlibat pembicaraan yang cukup serius.
“Bang edwin terlihat sangat bahagia, padahal selama tinggal bersama nenek, jeni hidup menderita karena merindukan abang, tapi bang edwin....
“Air mata abang telah habis untuk menangisi jeni, abang sempat stress denagn keadaan ini, tapi kemudian abang merasa bahagia, karena suatu hari nanti Allah akan mempertemukan kita, ternyata do’a abang di dengar oleh-Nya, sekarang kamu ada di hadapan abang....dan abang senang sekali,“
“Maksud bang edwin !?,“bang edwin terdiam, matanya yang bening. Tertutup rapat penuh khidmat, ia menunduk sembari beberapa kali menarik nafas panjang. Firasaku mulai tidak enak, karena bang edwin terdiam cukup lama, Akhirnya ia menatapku tajam, ia buka suara.
“besok pagi bang edwin kembali ke jepang,“aku terbelalak, aku merasa ada beban berton-ton yang menimbun kepalaku, seolah tau apa yang ku rasakan, dengan hangat bang edwin memegang kedua tanganku erat.
“paman dan bibi membutuhkan abang, jen. Jdi abang...
“Abang benci sama jeni karena jeni egois sama abang? Karena jeni pernah menghina islam? Karena jeni ninggalin abang? Atau...atau karena jeni..., bang ! jeni udah berubah, jeni gak apa-apa kalo sekarang abang muslim, jeni gak masalah jika hidup berbeda keyakinan, jeni udah gak egois kaya’ dulu lagi bang, bang edwin. Jeni mohon jangan pergi, jeni gak punya siapa-siapa
‘‘jeni punya nenek. Jadi punya keluarga besar, abang sungguh minta maaf. Tapi keputusan abang sudah bulat,“
“yah, baik. Jeni ngerti bang, betapa sulitnya posisi bang edwin saat ini. Namun meski begitu jeni bahagia karena abang telah menemukan kebahagiaan abang, jeni bangga sama bang edwin,“
“maafkan abang jen, tapi abang janji, setiap bulan, setiap minggu bahkan setiap hari, abang akan mengirim E-mail untuk jeni, jeni gak keberatan kan ?,“
Seumur hidupku mengenal bang edwin, aku tidak pernah melihat bang edwin se tampan itu, setenang dan se lembu itu, aku damai melihatnya, sedamai aku mengantarnya pergi ke bandara, meski dadaku menahan sesak dan berusaha keras menahan gemuruh tangis yang ingin sekali ku keluarkan, tapi aku adalah jeni nya bang edwin yang harus kuat dan tidak cenggeng, begitu katanya.
Yah, bang edwin telah pergi dan tak tau kapan ia akan kembali. Satu permintaan bang edwin telah aku tepati, yaitu agar aku bisa kuliah di UI, almamaternya. Namun satu harapanya yang belum bisa bahkan tidak tau kapan bisanya, yaitu bang edwin berharap suatu hari nanti aku bisa satu keyakinan dengan dirinya, aku memang telah salah menilai islam, tapi aku juga butuh waktu yang lama untuk akhirnya.....bahkan aku tidak tau apa aku bisa se kuat bang edwin, terkadang aku merasa benar-benar naif, karena sebenarnya aku telah menemukan banyak hal mengenai islam, tapi dari bang edwin aku menemukan satu kata, yakni hidayah. Yah !hidayah itu belum menyapaku.
Ini adalah tahun terindah dalam hidupku. Aku masuk kuliah, tahun ini adalah ahun perama bang edwinkembali ke jepang sekaligus tahun pertama bang Edwin menjadi muallaf. Bang edwin menceritakan tentang musim semi di jepang yang jatuh di bulan mare bertepatan dengan ultahnya, ia merayakan ultahnya di sebuah masjid di tokyo bersama teman-teman muslimnya dari indonesia, malaysia, pakistan, turki, afrika, dan banyak. Aku sedih sekaligus bahagia, sedih karena tidak ada di samping abangku tercinta dan bahagia karena...aku berhasil mengirim kado spesial untuknya. Sebuah kado yng menandakan bahwa aku telah berdamai denagn hatiku, dengan keadaan, meski hingga saat ini aku belum satu keyakinan.
Siang begitu terik, namun ups ! satu E-mail ke laptopku.
“Assalamualaikum adekku tercinta... Thank’s atas kadonya ya, abang suka banget, tiap datang ke masjid abang pasti memakainya. Tapi gawat nih dek !gara-gara baju taqwa dari kamu ini, tiap ada acara di masjid banyak muslimah-muslimah yang ngelihatin abang terus, ganteng kali ya, he he he.
Oya kabar terbaru, Alhamdulillah loh dek. Sekarang jumlah muslim di jepang mengalami kemajuan, sekarang aja... (kalo gak salah itung) jumlah masjid di jepang sudah ada 55 masjid, bacaan Al-Qur’an abang juga udah lancar, Alhamdulillah juga paman dan bibi sekarang muslim dan bibi saat ini berusaha keras untuk berhijab, do’akan semoga semuanya lancar.
Terakhir, nih abang kirim foto abang pake baju taqwa pemberian jeni, oya dek. Hampir lupa. Abang mau gnti nma belakang abang menjadi Edwin Hidayatullah, setuju ya? Bagus loh artinya, seuju ya, setuju ya? He he, salam cintaku, sayangku untuk adikku yng paling cantik, semoga selalu dalam lindunganNya, Amiin....Wassalamualaikum...
Kutarik nafas panjang, terimaksih abang....UI masih begitu ramai, ku coba untuk berdiri melangkahkan kaki, ingin sekali ku teriak aku bahagia...sangat bahagia. Suara adzan berkumandang dari masjid kampus, rasanya... ingin sekali aku berlari menuju panggilan itu.
Untuk bang vins di bumi Allah,
keep spirit be a moslem
and islam 4efer,
Komentar
Perhatikan tanda baca, karena
Perhatikan tanda baca, karena itu akan sangat berpengaruh sekali dalam sebuah karya.
salam kenal... selamat berkarya.. :)
IK@
zombie tanpa make up
zombie tanpa make up :D
Tulis komentar baru