Prolog
Di sebuah kos...
“ Za, kok kamu dipanggil nama Riza” tanyaku
“ Emang kenapa? Ada yang salah?”
“ Gue cuman mau nanya aja. Nama lengkap kamu, kan Nabila Yasmine, kok dipanggil Riza, sih?”
“ lo kepo aja, gue tanya atau nggak sih” jawab riza sambil bergaya memegang otaknya tanda berpikir. Lalu, Riza berbisik kepadaku sambil tertawa cengingikan. Lalu...
“ Best friend forever” ucapku bersama Riza.
-”Sometimes when I say “I am okay” I want someone realize and look me in my eyes, then hug me tight and say “You are not okay my friend”-
“ Za, cepetan dong. Udah telat, nih!” teriakku di depan kamar mandi sambil melirik ke pergelangan tanganku yang mulai menunjukkan angka 07.45
“ Gue masih lama, tau!” balas Riza dari dalam juga yang tak kalah keras
“ ooh, kalau gitu gue duluan aja, ntar lo aja yang nyusul” isengku
“ Wehh tunggu dulu tinggal dikit doang” teriaknya dari dalam kamar mandi
“ Emang siapa yang mau ninggalin lo, PD” kataku sambil tertawa cengingikan
Ohh, iya. Kenalin gue Khyla. Pagi ini adalah yang sangat menyenangkan bagiku. Ini adalah hari pertama OSPEK.
“ Wehh, malah ngelamun” sontak riza menepuk pundakku
“ Yuk!” ajakku
Riza adalah kenalan aku beberapa bulan yang lalu, saat aku memilih kos-an yang dekat dengan tempat perkuliahanku. Tapi, eitzzz, tunggu dulu, aku sudah bersahabat baik dengannya. Orangnya ramah dan cantik pula. Gue cuma heran kok namanya Riza padahal namanya kan Nabila Yasmine.
___
Mataku berbinar saat melihat gedung gedung di hadapanku. Kulihat para gadis tampak ngerumpi di salah satu sudut ruangan. Mentari pagi ini begitu sejuk, menembus celah-celah pepohonan di sebuah taman. Mataku sayu melihat seorang laki-laki duduk di bangku taman
“ Hai. Siapa?” sapaku
Sontak laki-laki tersebut berhenti mengutak-atik ponselnya
“ Hai juga. Nama gue Iza” sapaku
“Udah lama disini?” Tanyaku
“Nggak, nggak terlalu lama” balasnya
“ Anak kuliahan baru juga, yah” tanyanya
“ Iya, kamu?” jawabku singkat disertai pertanyaan juga
“ Iya, berarti kita satu angkatan dong”
Dari situ, percakapan mulai merajalela. Entah membahas OSPEK yang katanya bakalan ada kejutan. Disaat aku sedang larut dalam percakapan datanglah Riza
“ Hai. Dari mana aja kamu?” tanyanya langsung mengagetkanku
Seketika itu, pandangan Riza langsung berubah arah ketika melihat Iza
“ Gue duluan, yah” kata Riza langsung berlari meninggalkanku
“Za, lo nggak apa-apa, kan” teriakku pada riza yang tiba-tiba langsung main cabut
“ Gila tuh anak langsung main cabut aja” dengusku
Di sisi lain. Laki-laki itu juga tampak keheranan melihat Riza
“ Dia siapa?”
“ Dia teman kos aku, satu kamar malah emang ada apa?”
“ Nggak ada apa-apa, kok”
“ Gue bisa nebak orang, loh” tunjukku pada Iza sambil ketawa
“ Serius...” kata Iza sambil mengangkat tangan membentuk huruf V
“ Kalau gitu gue kejar dulu yah” kataku bangkit dari tempat duduk sambil merapikan baju dan tas selempang kecilku.
___
Aku segera mungkin mengejar Riza. Entah ada apa dengannya. Datang-datang langsung cabut aja. Kususuri sepanjang jalan trotoar. Saat melewati sebuah taman yang lebih mini daripada taman tadi, kulihat gadis berambut pirang, Riza. Tampaknya dia sedang sesenggukan diatas kursi yang menopang tubuhnya.
Kayaknya dia lagi bersedih, nggak usah gue ganggu, ahh. Batinku
Tapi, kakiku nggak bisa ninggalin dia. Kuberanikan diri mendekatinya apapun resikonya karena kutahu anak ini kalau menangis butuh waktu sendiri.
“ Za, lo kenapa?” tanyaku sambil duduk lalu mengusap kepalanya
Tak terdengar suara. Hening, hanya suara tangis kecil Riza yang terdengar
“ Za, jawab gue, dong”
“ Gue nggak apa-apa, kok” jawabnya kemudian
Lo bilang lo nggak apa-apa, tapi air matamu tak pernah berhenti mengalir. Inikah yang dimaksud nggak apa-apa?batinku
Lalu kebernyanyi
Sometimes when you say “I am okay” you want someone realize and look you in your eyes, then hug you tight and say “You are not okay my friend
Lalu, aku memeluk Riza. ini mungkin terkesan alay, tapi inilah gue dan Riza yang sebenarnya
nb: belum selesai
Komentar
Tulis komentar baru