Di awal agustus
Sang kelam sudah bertengger di pucuk malam
Dalam ruangan mungil bercat putih
Terbaring penuh cemas
Tangannya bergetar
Merengkuh erat jemari silvester
Jantungnya berdebar kencang
Mulutnya gagu mengunya kata
Detik-detik perjuangan
Menyambut buah cinta
Dua pasang mata hanyut dalam kekalutan
Seperti detik-detik menanti 17 agustus 45
Hingga di puncak gelisa
Tangisan perdana lelaki mungil menggelegar
Memecah kesunyian malam
Menyibak gusar yang bersarang
Kebahagiaan menyelimuti
Cinta bermekaran
Bak cendawan di musim semi
Sebab dua telah menjadi tiga
Komentar
Tulis komentar baru